Atalia Praratya Kamil
Atalia Praratya Kamil
KOMENTAR

PEMIKIRAN serta sepak terjang Atalia adalah bukti nyata perjuangan Kartini masa kini.

Atalia Praratya berhasil memikat hati masyarakat Bandung dengan keramahan, keceriaan, kepedulian, dan kekompakannya bersama sang suami, Ridwan Kamil.  Dalam berbagai kesempatan, Teh Cinta, begitu ia biasa disapa, tak segan menyapa dan berinteraksi dengan warga. Seperti saat pemotretan Farah di area Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Bandung, para pengunjung tak henti memanggilnya dan meminta berfoto bersama.

Ya, Atalia bukan sekadar sosok hangat, cerdas, dan cantik luar dalam, tapi juga perempuan tangguh yang berpengaruh di balik kesuksesan karier politik Ridwan Kamil. Di sela kesibukan mendampingi suami maju ke Pilkada Jabar, Teh Cinta bercerita tentang pribadinya, kehidupan rumah tangga, dan komitmennya bersama suami untuk bisa bermanfaat bagi sesama.

Komitmen Mendampingi Suami Berpolitik

Atalia mengaku awalnya menolak keinginan sang suami untuk berpolitik. Untuk apa, pertanyaannya kala itu. Ia melihat, nama Ridwan Kamil sebagai arsitek sudah diakui di dalam negeri maupun secara internasional. Kondisi ekonomi keluarga pun berkecukupan. Alasan untuk dapat bermanfaat bagi lebih banyak orang yang dikemukakan sang suamilah yang akhirnya membuat Atalia mendukung karier politik Ridwan Kamil.

F: Seperti apa keseharian Ibu sebagai istri seorang calon gubernur?

A: Dulu, saya itu biasa sibuk, dari pagi sampai sore, bahkan ada beberapa agenda yang harus dikerjakan hingga malam untuk urusan warga. Nah, kalau sekarang masa cuti Pilkada, saya sangat menikmati waktu luang sebagai Ibu rumah tangga. Biasanya pagi-pagi setelah shalat Subuh berjamaah di masjid bersama keluarga, saya merapikan rumah, beberes isi lemari atau peralatan kosmetik. Lalu ke pasar untuk beli sayuran sambil berinteraksi langsung dengan para penjual, sehingga saya bisa mengetahui harga-harga kebutuhan pokok. Sebenarnya memang ada yang membantu untuk semua urusan rumah tangga, tetapi karena memang hobi merapikan rumah, saya senang  melakukannya sendiri.

F: Bagaimana cara membagi waktu antara keluarga, pekerjaan, dan warga?

A: Suatu waktu saya pernah terlalu fokus menangani masalah warga. Kang Emil mengingatkan bahwa sepertinya ada yang salah dengan time management saya. Karena fokus utama seorang perempuan adalah tetap keluarga. Kita (sebagai ibu) akan diminta pertanggungjawaban oleh Yang Kuasa apakah anak-anak menjadi saleh dan salehah, bukan hanya sukses di dunia. Meskipun begitu, Kang Emil selalu mendukung apapun kegiatan saya, selama fungsi utama sebagai istri, ibu dan anak tidak ditinggalkan.

F: Apakah Ibu mendukung 100% setiap keputusan yang dibuat Bapak?

A: Saya mendukung langkah politik Kang Emil tidak dengan gelap mata. Artinya, jika saya merasa kurang sreg dengan suatu program yang dijalankan, saya akan mendiskusikannya. Alhamdulillah, Kang Emil adalah sosok yang mau mendengar masukan dari siapa saja. Saya mendukung keputusan Kang Emil untuk maju sebagai Calon Gubernur Jawa Barat karena saya melihat hasil kinerjanya selama menjadi Walikota Bandung. Bagaimana dia tak hanya membangun infrastruktur kota, tapi juga mencarikan solusi win-win solution untuk berbagai keluhan warga melalui dialog.

F: Seperti apa bentuk dukungan Ibu kepada Bapak, termasuk menyikapi haters dan ramainya hujatan di media sosial?

A: Bagaimanapun, Kang Emil adalah manusia biasa. Pernah ada saat beliau merasa down dan mengajak saya kembali lagi ke kehidupan kami sebelum terjun ke politik. Saya katakan, ada peribahasa yang berbunyi “kehancuran sebuah kota, negara, atau kelompok adalah karena diamnya orang baik”. Mendengar itu, semangat beliau terpompa lagi. Inilah bentuk dukungan istri. Saat suami galau, istri tidak boleh menambah galau. Pun sebaliknya. Harus saling menyemangati. Ini yang kami lakukan setelah masuk dunia politik yang sarat persepsi. Ada yang suka, ada yang tidak suka. Banyak yang pro, tak sedikit juga yang kontra.

F: Adakah buah pemikiran Ibu yang dimasukkan dalam program kerja Bapak?

A: Ada. Terkait melindungi dan memperjuangkan hak-hak kaum disabilitas, Alhamdulillah... Forum Aspirasi bagi kaum disabilitas sudah berjalan. Ada pula rumah inklusi dan taman Inklusi. Hasilnya terlihat jelas, infrastruktur di jalan-jalan protokol di Bandung sangat ramah kaum disabilitas. Pun untuk pusat pelayanan publik, ada fasilitas yang memudahkan kaum disabilitas. Bandung diharapkan menjadi contoh bagi kota-kota lain di Jawa Barat. Kepedulian ini akan diteruskan untuk program di provinsi.

F: Bisakah Ibu mendeskripsikan Jawa Barat dalam 3 kata?

A: Jawa Barat itu indah, “kaya”, dan harus disyukuri.

***


Komitmen Menjaga Keutuhan Rumah Tangga

Sebagai pasangan, tidak boleh terjadi kompetisi untuk melihat siapa lebih unggul. Mengibaratkan sang suami sebagai matahari, ibu dari Emmeril Kahn Mumtadz dan Camillia Laetitia Azzahra ini memilih menjadi awan penyejuk yang setia menemani matahari. “Kapanpun sinar matahari terlalu panas, awan akan menyejukkan....”

F: Dari sebelum terjun ke politik hingga saat ini, masih adakah perbedaan pendapat yang sering terjadi?

A: Kami datang dari latar belakang yang sangat berbeda, baik dari keluarga, pendidikan, dan pergaulan. Karena itu, masa awal menikah, benar-benar usaha saling beradaptasi. Dulu, saya paling senang mengatur menu makanan lengkap. Tapi ternyata, yang “penting” bagi Kang Emil hanya tahu dan telur (tertawa terbahak-bahak).

Nah, tahun ini insya Allah kami memasuki usia pernikahan ke-22 tahun. Kami sudah saling memahami karakter, termasuk kelemahan masing-masing. Misalnya saya sedang ngambek, Kang Emil membiarkan saya sendiri, memberi ruang. Nanti saya akan luluh sendiri. Kalau dulu, Kang Emil kebingungan membujuk saya. Kami juga sudah dapat membaca situasi. Kapan harus diam menjadi pendengar yang baik, kapan harus berbicara. Justru sekarang ini kami merasakan tantangan bagaimana untuk bisa bersinergi dan saling menguatkan.

F: Siapakah yang lebih dominan dalam pendidikan anak, Ibu atau Bapak?




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women