Sani Budiantini Hermawan
Sani Budiantini Hermawan
KOMENTAR

KETIKA seorang perempuan ingin berkecimpung di ranah politik atau mendampingi suaminya terjun berpolitik ia harus memiliki karakter yang tangguh. Ketangguhan tersebut meliputi keimanan dan keyakinan untuk berjalan pada track yang benar.

Komitmen Mendampingi Politisi

Psikolog Sani Budiantini Hermawan meyakini bahwa di balik kesuksesan seorang suami, pasti ada pendamping yang hebat. Karena bagaimanapun juga, pemikiran suami akan dipengaruhi oleh sudut pandang istri. Terlebih dalam membangun visi dan misi berkarier, termasuk politik. Jika tujuannya demi mensejahterakan keluarga dengan cara yang diridhai Allah, maka visi dan misi berpolitiknya pun akan terikat idealisme yang membawa kebaikan bagi masyarakat. Dengan demikian, perilakunya dalam berpolitik pun akan sesuai dengan visi-misinya.

“Seorang perempuan harus menyadari bahwa ia memiliki kekuatan menggiring suami untuk bisa sukses di dunia dan akhirat. Karena itu, ketika ia mendampingi suaminya yang maju ke ranah politik, ia harus mampu mempengaruhi suaminya untuk tidak menghalalkan segala cara terutama dalam tujuan materi,” ujar psikolog  anak dan keluarga ini.

Jika seorang perempuan tidak kuasa melarang suaminya untuk melakukan tindakan tidak terpuji dalam kariernya, lebih baik suami mencari ladang karier yang baru. Istri harus peduli untuk melihat apakah suaminya berjalan on the right track atau tidak. Jika ada seorang istri mengatakan “saya percaya 100% kepada suami saya” itu sama saja mengatakan bahwa “saya tidak peduli”. Ketidakpedulian dan ketidakcerdasan perempuan inilah yang akan berisiko sangat buruk. Akan mudah baginya untuk ikut terjerumus masuk ke dalam bui.

Menurut Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani ini, seorang istri harus mampu memberi insight (pencerahan) kepada suaminya. Pencerahan itu bisa ia dapatkan dari media, seminar, pengalaman sana-sini, dan terutama nilai-nilai agama. Sebisa mungkin, seluruh anggota keluarga dilibatkan untuk menjaga agar kepala keluarga tidak salah melangkah dan selalu berintrospeksi jika sudah berbuat salah. “Itulah mengapa dikatakan bahwa dunia ini hancur bukan karena banyaknya orang jahat, tapi karena diamnya orang baik. Mereka memilih tidak bersuara, cari aman, dan tidak peduli. Mereka memang tidak berbuat jahat, tapi mereka membiarkan kejahatan terjadi,” kata psikolog yang selalu tampil energik ini.

Komitmen Perempuan Berpolitik

Selanjutnya, saat ditanya apa yang harus disiapkan oleh seorang perempuan yang ingin berkiprah di panggung politik, Psikolog Lulusan Universitas Indonesia  ini menegaskan bahwa pentingnya memperhatikan kemampuannya dalam menjalankan multiperan. Jangan lantas peran di politik lebih dominan lalu meninggalkan peran sebagai istri dan ibu. Untuk dapat berkarier, seorang perempuan harus memastikan support system-nya ada dan berjalan baik. Artinya, keluarga mendukung berjalannya multiperan.

Ketika akhirnya seorang perempuan berhasil menduduki jabatan kepala pemerintahan, ia dan pasangan hendaknya menghindari polemik berumah tangga. Ini artinya, istri harus tetap menghormati suami dan suami harus mampu menerima prestasi istri dengan tulus. Itu penting untuk menghindari konflik peran. Seorang perempuan ketika pulang ke rumah, maka ia melepas perannya sebagai politikus dan kembali menjadi istri dan ibu. Ia harus mampu menjalani peran di rumah sebaik mungkin meskipun dalam waktu singkat. Ia juga tidak boleh menghalangi suaminya untuk membangun kariernya sendiri.

Apa yang dibutuhkan perempuan dalam menjalankan multiperannya? Ia harus memiliki wawasan dan ilmu yang kuat, termasuk keimanan dan akhlak karimah. Tercakup dalam IQ, EQ, dan SQ.Terutama untuk tidak hanya membuat anak-anaknya pintar, tapi juga saleh. Islam telah memperlihatkan besarnya peran seorang istri dan ibu.

Perempuan yang menjadi pejabat, berarti dia harus menjadi role model yang baik. Ia harus sadar bahwa perilakunya akan ditiru. Sebagai role model, ia harus memiliki karakter yang tangguh. Ia harus mampu menguatkan mentalnya untuk menghadapi semakin banyaknya godaan dan cobaan seiring jabatannya yang kian tinggi. Ia tidak boleh berkuping panas alias mudah terpengaruh omongan orang lain, tapi juga jangan segan berintrospeksi.

Sani menambahkan, kematangan pola pikir dan perilaku seseorang diproses melalui waktu atau situasi. Mengambil contoh sosok Arumi Bachsin, ia bertransformasi dari seorang artis muda belia menjadi seorang istri Bupati Trenggalek. Ini adalah satu contoh bagaimana seseorang belajar banyak hal baru yang nanti akan terinternalisasi untuk pengembangan diri.

Sebagai politisi, perempuan seharusnya memberdayakan intuisi (kepekaan), sensitivitas, dan kemampuannya mengelola hal detil. Hal tersebut merupakan kelebihan perempuan, yang seharusnya menjadikannya politisi yang benar-benar mengabdi untuk rakyat. Jangan biarkan faktor emosional menjatuhkan. Karena itu, perempuan tak boleh berhenti mengembangkan diri untuk menjadi pribadi yang unggul.




dr. Ayu Widyaningrum Promosikan Keindahan Batik Sasirangan ke Para Duta Besar Negara Sahabat

Sebelumnya

Jadi Juru Bicara Termuda Gedung Putih, Ini Peran Karoline Leavitt dalam Politik Amerika Serikat

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women