KOMENTAR

KALIMAT “laki-laki atau perempuan sama saja” dulu biasa diucapkan calon ibu saat sedang mengandung. Tapi kini, teknologi dapat merekayasa jenis kelamin sesuai keinginan suami istri.

Teknologi, tak terkecuali di dunia medis, semakin canggih. Dalam spesialisasi obstetri dan ginekologi, teknologi kini memungkinkan suami istri ‘menentukan’ jenis kelamin anak yang akan mereka miliki. Tidak bisa dipungkiri, masih banyak orang—dilatari adat istiadat—yang mengharapkan anak berjenis kelamin tertentu. Beberapa suku di Indonesia misalnya, masih memegang teguh garis keturunan patrilineal yang mengutamakan garis keturunan dari pihak laki-laki.

Di era modern ini, alasan adat istiadat itu bisa jadi mulai mengendur. Keinginan untuk memiliki anak berjenis kelamin tertentu bergeser pada alasan lain. Misalnya, ingin punya anak pertama laki-laki agar kelak dapat menjaga adik-adiknya. Atau, ingin punya lebih banyak anak perempuan agar kelak dapat menjaga orangtua di kala menua. Bahkan, keinginan punya anak kembar berjenis kelamin laki-laki dan perempuan agar tidak perlu hamil dua kali. Teknologi, memungkinkan semua keinginan itu.

Tentang pemilihan jenis kelamin, dr. H. Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS menjelaskan dua cara yang bisa ditempuh pasutri. Masing-masing cara memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus dipahami oleh para calon orangtua.

Metode Inseminasi

Metode ini memisahkan antara sperma Y dengan sperma X menggunakan centrifuge (semacam tabung dengan alat putar di dalamnya). Sperma X (perempuan) akan turun ke dasar karena lebih besar, sementara sperma Y (laki-laki) berada di atas cairan karena lebih ringan. Setelah terpisah, dokter kemudian mengambil sperma yang diinginkan menggunakan alat khusus berbentuk tabung kecil dan menginjeksikannya lewat vagina ke dalam serviks (leher rahim). Proses tersebut disebut Intracervical Insemination (ICI). Atau langsung diinjeksi ke rahim yang disebut Intrauterine Insemination (IUI) with gender selection.

Bayi yang dilahirkan menggunakan metode ini tidak berbeda dengan bayi-bayi yang dilahirkan dengan proses alami karena cairan yang digunakan untuk menampung sperma sesuai dengan cairan fisiologi tubuh. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Menurut dr. Boyke, tingkat keberhasilan metode ini cukup tinggi. Sekitar 90-95% anak yang dilahirkan sesuai dengan jenis kelamin yang diinginkan. Dengan kisaran biaya sekitar 5-10 jutaan, metode ini terbilang cukup praktis. Namun dr. Boyke mengingatkan bahwa belum tentu bisa langsung berhasil hamil dalam satu kali penyuntikan.

 

Metode Alamiah

Metode yang dilakukan adalah dengan sanggama antara suami istri. Namun, ada beberapa hal yagn harus diperhatikan. Jika menginginkan bayi laki-laki: Tubuh ibu dibuat lebih basa dengan cara banyak mengkonsumsi sayur-mayur. Sementara ayah harus banyak makan daging. Hubungan intim dilakukan pada saat masa subur sehingga sperma pembawa kromosom Y yang akan menang dan berhasil membuahi sel telur. Agar lebih basa, vagina dibasuh dengan setengah sendok teh baking soda yang dicampur 100cc air, 15 menit sebelum berhubungan intim.  Kondisi vagina yang basa akan mengakibatkan sperma pembawa kromosom X akan diam dan tidak jalan. Sebaliknya, sperma Y akan semakin lincah.

Jika menginginkan bayi perempuan: Tubuh ibu kondisinya harus asam dengan banyak mengkonsumsi daging, sedangkan ayah harus banyak makan sayur. Sanggama tidak boleh dilakukan pada masa subur, tetapi dua hari sebelum masa subur. Kemudian ditambah dengan membasuh vagina menggunakan setengah sendok teh cuka dicampur 100cc air, 15 menit sebelum hubungan intim.

Sperma bisa bertahan hidup 2 x 24 jam di dalam tubuh perempuan. Ketika sperma pembawa kromosom Y sudah tiba di tuba falopi namun sel telur belum dilepaskan dari indung telur, maka sperma tersebut akan mati ketika sel telur dilepaskan. Sementara sperma pembawa kromosom X meskipun lambat, dia mampu jalan terus dan bisa bertahan untuk menjangkau sel telur yang sudah matang. Maka bisa dipastikan anak yang dilahirkan berjenis kelamin perempuan.

Kunci metode alamiah adalah mengetahui waktu ovulasi (pelepasan telur yang telah matang dari indung telur untuk kemudian bergerak menuju tuba falopi). Ovulasi disebut juga sebagai masa subur. Untuk mengetahui masa subur bisa menggunakan alat yang disebut ovutest (mengetes masa ovulasi). Atau bisa menggunakan termometer untuk mengecek suhu tubuh, karena biasanya suhu tubuh akan meningkat di masa subur.

Dokter empat cucu ini menyarankan pasutri menggunakan metode alamiah. Selain biaya yang lebih terjangkau, tingkat keberhasilannya terbilang cukup tinggi. Sekitar 80-85% bayi yang dilahirkan dengan metode ini jenis kelaminnya sesuai yang dikehendaki. Meski demikian, dr. Boyke menegaskan bahwa pasutri harus tetap menyerahkan sepenuhnya hasil ‘rekayasa gender’ tersebut kepada Allah Swt. “Selain berusaha maksimal, kita harus ingat bahwa semua tentu atas izin Allah,” ujar dr. Boyke.

Untuk Memperoleh Keturunan

  • Suami istri harus tahu cara menghitung masa subur. Masa subur pada siklus menstruasi 28 hari adalah hari ke 11-17, dihitung dari hari pertama haid. Ketika hari ke 11-17, lakukan hubungan seks dua hari sekali.
  • Posisi yang dianjurkan adalah posisi misionaris, yaitu perempuan di bawah dan laki-laki di atas. Pada posisi tersebut mulut rahim akan terendam oleh cairan sperma.
  • Sebanyak 65% rahim perempuan Indonesia menghadap ke depan (anteflexed uterus). Sementara sisanya, mulut rahim menghadap ke belakang (retroflexed uterus). Setelah melakukan hubungan intim, perempuan sebaiknya diam dan mengganjal pinggulnya dengan bantal selama lima menit. Kemudian posisi menungging selama lima menit. Setelah itu baru boleh membersihkan vagina.
  • Pada masa pembuahan hari ke 11-17 dan tiga hari setelahnya, diusahakan cukup istirahat dan jangan terlalu lelah.
  • Perbanyak makan yang mengandung protein tinggi dan sayuran.

Spermatozoid, Penentu Jenis Kelamin

Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa adalah sel dari sistem reproduksi laki-laki. Spermatozoa terbagi dua: pertama, spermatozoa pembawa kromosom Y (laki-laki). Bentuk lebih kecil, kepala kecil, suka dengan suasana basa, gerakan lebih lincah dan gesit, namun tidak bertahan lama. Jika membuahi sel telur, maka akan menghasilkan anak laki-laki. Sementara spermatozoa pembawa kromosom X (perempuan) ciri-cirinya: bentuk lebih gemuk, kepala besar, jalan lambat, suka dengan suasana asam, dan bisa bertahan lama. Jika membuahi sel telur, maka akan menghasilkan anak perempuan. Sementara semua sel telur memiliki kromosom X. Jadi yang paling menentukan jenis kelamin seorang bayi adalah spermatozoa.




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women