KOMENTAR

“BERDAYA itu bisa melakukan apa yang kita impikan tanpa melupakan kodrat kita sebagai perempuan.” Demikianlah, pakar leadership Indonesia Ainy Fauziyah sangat senang memberdayakan perempuan terutama kaum marjinal. Menurut Ainy sejauh ini perempuan Indonesia sudah berdaya terutama di sektor pekerjaan official, namun ada poin-poin tertentu yang belum tersentuh, misalnya nelayan perempuan yang tahun lalu masih memperoleh perlakuan berbeda dengan nelayan laki-laki. Salah satu keluhan yang mereka utarakan adalah mereka kesulitan ketika mengajukan dana ke bank.

Pentingnya Kepemimpinan

Peraih penghargaan Indonesia Digital Women Award (INDI) 2013 dari PT. TELKOM untuk kategori Professional ini memang mengkhususkan diri sebagai motivator leadership. Menurutnya setiap manusia membutuhkan kepemimpinan dari dirinya sendiri. Dengan memaknai arti kepemimpinan dengan baik, tidak akan ada lagi penindasan, mengambil hak orang lain, ataupun menghalalkan segala cara. Seorang pemimpin itu membantu mengarahkan dan mampu memimpin orang lain agar menjadi lebih baik, dengan cara menjadikan pribadinya menjadi lebih baik terlebih dahulu (bukan secara ekonomi dan pendidikan), berikan teladan baik, not just on the lips.

Perempuan, Kamu Bisa!

Merasa terpanggil untuk membantu sesama dan ingin meraih apa yang dimimpikannya, setelah bencana tsunami Aceh Ainy memutuskan untuk mengundurkan diri dari Perumnas dan bergabung dengan organisasi internasional. Dengan latar belakang pendidikan Teknik Sipil, sebagai urban planner, Ainy mempunyai tugas membangun kembali rumah-rumah penduduk yang hancur diterjang tsunami. Di Aceh, Ainy tidak sekadar membangun rumah, tetapi juga berinteraksi dengan para korban. Dan itu membutuhkan proses yang tidak mudah.

Penduduk diajak untuk berperan aktif dan terlibat dalam proses pembuatan rumah tersebut. Termasuk melibatkan perempuan untuk mengecat rumah. Perempuan itu mampu menjadi apa yang mereka impikan selama diberi akses, kemudian diberdayakan, setelah itu biarkan mereka (khusus kaum marjinal) lakukan selebihnya. Di sanalah Ainy mulai tertarik dan belajar memotivasi orang.

Selanjutnya, perempuan hebat menurut Ainy adalah perempuan yang berani mengajak perempuan lain menembus batas, tetapi tanpa melupakan kodratnya. Ainy menekankan pentingnya menanamkan sejak dini empat nilai dasar dalam hidup selain keimanan dan ketakwaan, yaitu: kejujuran, tanggung jawab, kepedulian, dan kemandirian.

Pada dasarnya perempuan itu jauh lebih gigih daripada laki-laki, jauh lebih telaten dan multitalenta. Menurut Ainy, ketika seorang ibu bekerja karena tuntutan untuk membantu perekonomian keluarga, katakan pada diri sendiri apa yang dilakukan adalah demi keluarga tercinta. Sebelum lahirnya anak-anak, ibu sendiri yang memutuskan untuk menikahi laki-laki yang sekarang menjadi suami, tanpa adanya paksaan. Merupakan suatu kebanggaan ketika seorang ibu menjadi part of hero dalam rumah tangga. Sehingga setiap perempuan pekerja akan melakukannya dengan senang dan bangga tanpa merasa terbebani. Hal ini akan berimbas kepada kebahagiaan keluarga kelak.

Seorang perempuan hendaknya mampu memaknai berdaya dengan benar dan baik, menyusun ‘daftar mimpi’, lalu take action! Jadilah perempuan merdeka yang mampu menginspirasi perempuan lainnya tetapi tetap menjadi pribadi yang apa adanya.  “Hebat itu tidak harus menutupi wajah kita dengan topeng, hebat itu apa adanya tetapi jauh lebih baik daripada sebelumnya dan tetap humble,” tegas Ainy.

Bahagia Memotivasi

Keinginan memotivasi orang lain semakin menggebu setelah Ainy keluar dari Aceh. Baginya menjadi motivator itu mulia. Bukan karena julukannya, melainkan ketika ia mampu memotivasi orang lain menjadi seseorang yang mereka impikan dan menjadi lebih baik sebagai manusia, bukan sebagai makhluk material. Karena kalau kita menjadi manusia yang lebih baik, materi pasti akan mengikuti. Allah menjamin itu.

Ibu dua anak ini menyentuh setiap lapisan masyarakat termasuk perempuan, dan anak-anak millenials. “Mau hidup lebih hebat? Mau hidup lebih sukses? Pedulilah, karena peduli itu asyik. Kenapa? Karena kalau kita peduli yang senang kita sendiri bukan orang lain. Dengan kepedulian yang tinggi, anak-anak millenials kelak akan menjadi pemimpin-pemimpin yang keren dan Indonesia akan semakin cemerlang,” tutur Ainy dengan nada semangat.

Indikator Keberhasilan

Tingkat keberhasilan suatu motivasi itu dapat dilihat ketika acara pelatihan masih berlangsung. Mulai dari gerakan tubuh, mata yang berbinar, wajah yang antusias, kadang ada peserta yang sampai meneteskan air mata. Tolak ukur berikutnya, dilihat dari isian form survei dan evaluasi yang harus mereka isi dengan jujur. Kemudian materi yang disampaikan durable atau tidak. Pola pikir mereka berubah kemudian diikuti sikap dan perilaku. Besaran perubahan bervariasi antara pribadi masing-masing. Jika kemudian peserta tetap keep in touch di media sosial meskipun sudah tidak mengikuti pelatihan atau seminar motivasi lagi, juga bisa dijadikan indikasi bahwa materi yang disampaikan mengena. Dengan segudang kesibukannya sebagai seorang motivator, Ainy mengaku tidak ingin memiliki perasaan bersalah terhadap kedua buah hatinya yang beranjak dewasa. Sesibuk apapun, ia selalu berusaha untuk pulang ke rumah meskipun dengan penerbangan terakhir. “Saya ingin menjadi istri yang baik untuk suami saya, ibu yang baik untuk anak-anak saya, dan perempuan yang hebat (di mata saya),” pungkasnya.

Selengkapnya baca di majalah Farah edisi 5 / Terbit Oktober 2018.




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women