KOMENTAR

Kecintaan Deasi Srihandi terhadap alam tumbuh sejak usia dini. Perempuan kelahiran Manado, 40 tahun silam ini secara tidak langsung dibesarkan untuk dekat dengan alam oleh orangtuanya. Selain bekerja, ayahnya beternak ayam, merpati, dan ikan sekadar hobi. Deasi kecil senang berkebun untuk menambah uang saku.

Seiring berjalannya waktu, kepedulian Deasi terhadap kelestarian alam terus bertambah. Apalagi demi melihat kondisi bumi dan ekosistemnya yang semakin memburuk. “Saya membayangkan, jika kehidupan kita yang sudah dewasa saja semakin menurun kualitas kehidupannya, bagaimana dengan anak cucu kita nanti? Padahal peran kita sebagai manusia adalah khalifah. Bumi ini diciptakan bukan cuma untuk kita, tapi untuk generasi penerus kita juga,” cetus ibunda dari Zakariya (17 th), Yusuf (16 th), Yasmeen (12 th), Zahra (9 th), Anny (sudah wafat), dan Adam (4 th).

Alumnus Fakultas Administrasi Bisnis Internasional Universitas Sam Ratulangi, Manado ini pun mulai giat menerapkan gaya hidup hijau dan menambah pengetahuannya dengan mengikuti pelbagai pelatihan tentang sustainable living. Salah satunya ia berguru pada Doctor Hassan Pedersen seorang ahli kesehatan dan lingkungan asal Denmark, yang mengajar pelatihan Wilderness First Aid Course dan telah memiliki banyak pengalaman dengan latar belakang bidang sustainability dan green lifestyle.

Kesamaan pemikiran dan visi ini membuat mereka saling jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah. Setelah menikah, mereka tetap konsisten menerapkan gaya hidup yang selaras dengan alam. Mereka tekun mendalami nutrisi, raw food, herbal dan pembuatan produk-produk organik. Mereka kemudian mendirikan Green Mommy Shop (GMS) di Kota Malang, Jawa Timur yang menjual produk rumah tangga maupun perawatan tubuh dan kecantikan berbahan organik.

F: Bagaimana awal berdirinya Green Mommy Shop (GMS)?

DS: Awalnya saya suka sharing tentang kepedulian lingkungan dan seputar dunia wanita sebagai ibu lewat blog. Saat itu, kami baru pindah ke Indonesia setelah beberapa tahun menetap di Malaysia. Ketika mencari produk personal care, kami tidak menemukan produk yang benar-benar alami. Muncullah ide untuk menulis dan membuat sabun untuk kami pakai. Karena tidak bisa membuat dalam jumlah sedikit, sisa sabun saya tawarkan di blog greenmommy.com. ternyata banyak yang suka. Sejak itu, bergulir permintaan untuk saya membuat produk alami lain. Melalui produk-produk GMS, kami mengedukasi perempuan Indonesia untuk peduli lingkungan.

Berawal dari 1 baki berisi 36 buah sabun kayu manis gandum di tahun 2010, kini berkembang menjadi hampir 300 jenis produk rumah tangga serta perawatan tubuh dan kecantikan. Dari modal awal lima juta, alhamdulillah bisa meraup keuntungan sekitar 30 juta rupiah per bulan, walau keuntungan bukanlah tujuan utama.

F: Bagaimana kiat mengedukasi dan menularkan semangat sustainable life kepada masyarakat?

DS: Sederhananya, saya dan keluarga secara konsisten hampir satu dekade selalu sharing tentang bagaimana cara untuk hidup sustainable dari semua aspek kehidupan manusia, juga dengan jujur kami sharing tentang pergumulan kami. Selain itu kami sharing via newsletter berkala untuk customer GMS. Juga kelas-kelas offline di GMS ataupun di farm kami, seputar sustainability, dan yang lebih spesifik seperti permakultur, aquaponics, urban gardening, zero waste, healthy cooking dan banyak lainnya.

F: Di tengah budaya instan, konsep pelestarian alam dan gaya hidup hijau seringkali dianggap menyulitkan. Bagaimana Anda menyiasatinya?

DS: Kuncinya adalah mengubah mindset. Bumi ini tidak ada kloningnya, bumi ini adalah satu-satunya tempat untuk manusia hidup. Jika bumi ini tidak kita jaga dan rusak, akan kemana manusia hidup? Tidak ada pilihan lain selain hidup selaras alam. Pada akhirnya jika sudah terbiasa, hidup yang sustainable akan menjadi kebiasaan, bukan hal yang sulit dijalani.

F: Bagaimana menerapkan gaya hidup hijau dan sustainability di keluarga dan lingkungan?

DS: Di semua aspek kehidupan kami berusaha hidup mendekati target hidup sustainable. Mulai dari bercocok tanam untuk sebagian sumber pangan keluarga, mengolah air untuk kebutuhan hidup dengan air tadah hujan, menghasilkan sumber energi listrik dari matahari dan angin, mengajarkan anak-anak dengan cara homeschool, mengupayakan usaha keluarga/home economy lewat Green Mommy Shop, dan keahlian juga sumber lainnya hingga membangun rumah sendiri.

Untuk lingkungan sekitar, kami menaman 1000an pohon untuk membantu mengembalikan keseimbangan ekosistem di sekitar tanah kami. Berusaha untuk tidak mencemari alam dan meminimalkan jejak karbon dari segala aktivitas baik keluarga hingga bisnis kami. Termasuk mengusahakan circular ekonomi pada keluarga hingga bisnis kami.

F: Seberapa penting peran perempuan dalam mensukseskan pelestarian alam dan lingkungan?

DS: Perempuan terutama ibu adalah tonggak sustainabilitas keluarga, karena ibu punya peran penting untuk menjalankan keluarga dan menjadi decision maker dalam kehidupan keluarga. Baik tidaknya keluarga sangat ditentukan oleh peran ibu. Mulai dari bahan makanan yang dipilih hingga menyiapkannya, manajemen sampah keluarga, produk personal care dan produk lainnya yang digunakan dalam keluarga, hingga mendidik anak-anaknya, ibu memiliki peran yang sangat signifikan. Perempuan pada umumnya, memiliki pengaruh yang besar terhadap suksesnya pelestarian alam dan lingkungan karena fitrahnya untuk nurturing dan caring.

F: Apa harapan Anda bagi GMS?

DS: GMS bisa terus sharing tentang woman & sustainability sambil menyediakan produk yang bukan cuma alami tetapi juga ramah lingkungan. Dan akan banyak dibuka perpanjangan tangan GMS dengan konsep yang sama di seluruh Indonesia. Akan lebih mudah memberdayakan perempuan Indonesia jika ada support dari komunitas lokal.




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women