BANYAK ibu muda memilih tidak memberikan garam dan gula ke dalam makanan anak saat memulai MPASI. Alasan mereka adalah agar anak terbiasa dengan rasa alami makanan hingga nantinya tidak menjadi picky eater karena sudah memiliki kecenderungan terhadap makanan yang memiliki cita rasa khas; asin atau manis.
Mengenai fenomena tersebut, dr. Raden Lia Mulyani, SpA dari RSIA SamMarie Basra Jakarta Timur menjelaskan bahwa asupan gula dan garam diperbolehkan bahkan untuk anak di bawah usia satu tahun. Yang harus diperhatikan adalah kadar yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi. Karena sebenarnya ASI juga sejatinya mengandung gula dan garam. ASI memiliki rasa yang sesuai asupan yang dimakan ibu. Setiap hari, rasa ASI dapat berubah sesuai dengan makanan yang dikonsumsi ibu. Dari proses menyusui, dapat dikatakan bahwa bayi sudah mengenali aneka rasa. Ada juga beberapa penelitian yang menyatakan bahwa bayi saat berada dalam kandungan pun sudah mengenal rasa karena air ketuban memiliki rasa sedikit asin.
Gula Garam dalam MPASI
Yang perlu diperhatikan dan digarisbawahi adalah “kadar” gula dan garam yang diberikan. Untuk anak di bawah satu tahun atau 6 bulan (usia ketika diberikan MPASI), dianjurkan pemberian garam hanya di bawah 1 gram per hari, dan maksimal hanya 1 gram per hari untuk total seluruh makanan yang dikonsumsi. Memang agak sulit menakar pemberian gula dan garam jika kita mengolah Makanan Pendamping ASI (MPASI) sendiri karena kita tidak bisa menentukan seberapa banyak garam dan gula yang harus kita berikan. Inilah salah satu alasan kenapa sebagian besar dokter anak atau praktisi kesehatan menyarankan untuk tidak memberikan tambahan gula atau garam pada makanan anak. Berbeda dengan makanan fortifikasi atau makanan pabrikan yang diperkaya dengan proses penambahan mikronutrien (vitamin dan unsur renik esensial), yang sebenarnya agak lebih jelas, karena sudah tertera kadar gula dan garamnya.
MPASI yang dibuat sendiri memang jauh lebih fresh, akan tetapi harus lebih berhati-hati dengan kandungan gizinya. Karena jika pengetahuan orangtua kurang, si bayi akan kekurangan beberapa kandungan gizi yang dibutuhkan atau bahkan bisa juga mengalami gizi berlebih. Menurut dr. Lia, beberapa MPASI yang dibuat sendiri agak luput terutama dalam hal micronutrient seperti zat besi, bisa karena kurang bahan makanan yang digunakan atau proses pembuatan yang salah.
Salah satu yang masih menjadi tren adalah pemberian puree buah atau puree sayur (hanya satu jenis bahan makanan) saja, misal bayi hanya diberikan pisang. Padahal setiap bayi membutuhkan MPASI yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Puree buah atau puree sayur hanya boleh diberikan sebagai makanan selingan dan bukan sebagai makanan utama. Menurut literatur, takaran gula/sukrosa yang boleh diberikan kepada balita maksimal 5 gram per 100 kilo kalori (kkl). Memang lebih sulit untuk dikonversikan terhadap makanan rumahan.
Salt and Sugar Free
Bagi orangtua yang tidak menambahkan sama sekali gula dan garam di dalam makanan anaknya, semua itu tidak masalah selama si anak mau menyantap makanan “plain” tersebut. Toh,gula dan garam juga banyak terkandung di dalam bahan makanan lain. Pada prinsipnya fungsi gula dan garam adalah memperkaya rasa makanan hingga anak dapat menerima makanan yang diberikan dengan baik. Jika anak sudah mau dan terbiasa menyantap makanan yang tidak diberikan tambahan gula atau garam silakan dilanjutkan.
Yang perlu diingat bahwa rasa yang diinginkan tidak boleh menuruti selera ibu. Tapi, carilah yang sehat dan anak sukai. Karena jika anak susah makan, akan menyebabkan daya tahan tubuhnya menurun, dan daya tahan tubuh yang rendah tersebut menyebabkan mereka lebih rentan terhadap penyakit.
Pilih Asin Atau Manis?
Tidak ada penelitian yang mengatakan jika anak sejak kecil diperkenalkan dengan gula dan garam maka anak kelak akan menjadi picky eater. Kemungkinan yang paling sering terjadi adalah “pengenalan rasa” yang dilakukan oleh orangtua kurang atau jenis makanan yang diberikan kepada anak itu kurang bervariasi hingga preferensi anak tentang rasa menjadi terbatas. Tidak heran bila ia kemudian menjadi pemilih. Menjadi picky eater termasuk salah satu fase perkembangan normal seorang anak. Biasanya mulai balita usia satu tahun ke atas, ketika seorang anak sudah memiliki ego untuk menentukan sendiri pilihannya.
Menurut dr. Lia, rasa gurih atau asin pada MPASI bisa diperoleh dengan menambahkan kaldu, keju, atau santan. Untuk rasa manis, bisa diberikan sayuran yang mengandung rasa manis seperti wortel, jagung manis, ubi, maupun labu kuning. Tidak dianjurkan menggunakan penyedap rasa karena mengandung bahan pengawet, serta mengandung zat aditif lainnya.
Memang tidak ada pengaruh langsung dari penggunakan garam atau gula yang berlebihan pada anak. Namun berdasarkan beberapa penelitian, jika sejak kecil anak terlalu banyak diberikan garam, bisa berisiko terkena hipertensi atau gangguan ginjal di usia dewasa. Sementara gula dapat meningkatkan risiko obesitas, dan ke depannya bisa terkena diabetes mellitus. Terlebih lagi, organ tubuh anak-anak belum berfungsi sempurna. Segala yang berlebihan, bagaimanapun tidak baik untuk kesehatan. Dan terutama untuk bayi, hindari makanan jadi bagi anak di atas usianya karena umumnya mengandung hasil garam yang tinggi.
Tips memilih makanan jadi untuk bayi:
- Pilih makanan yang memang ditujukan untuk bayi.
- Ada kode BPOM. Tercantum Codex Alimentarius, yaitu sekumpulan standar yang diterima di seluruh dunia yang berhubungan dengan makanan. Sehingga kadar atau batasan yang terkandung dalam suatu makanan jelas.
- Perhatikan komposisinya.
Pemberian makanan utama pada bayi dan anak sebaiknya makanan yang sering dimakan oleh keluarga, tetapi lebih bervariatif dan dalam bentuk yang lebih halus. Boleh ditambahkan dengan bumbu-bumbu masak seperti bawang merah, seledri, daun bawang, atau daun salam, sebagai penyedap alami pada makanan. Lebih sehat, lebih nikmat, insya Allah disukai anak-anak.
Baca selengkapnya di majalah Farah edisi 6 / Terbit November 2018.
KOMENTAR ANDA