KOMENTAR

KETIKA si kecil sudah berusia 2,5 tahun dan belum juga bisa buang air kecil di kamar mandi, atau ketika si abang yang sebentar lagi berusia 6 tahun masih juga sering ngompol saat tidur, atau ketika si sulung selalu kesulitan menghadapi pelajaran matematika, berbagai kondisi tersebut tak pelak membuat seorang ibu stres.

Ibu, yang hobinya mengintip kehidupan para selebriti dan teman-temannya di media sosial, melihat bahwa anaknya ketinggalan jauh dari anak-anak sahabat dan selebriti tersebut. Apalagi teman-temannya kerap memposting foto anak mereka yang berhasil mendapat nilai bagus dalam matematika atau bahkan menang lomba matematika.

Agar tidak stres, alangkah bijaknya seorang ibu beristighfar dan menyadari bahwa setiap anak adalah pribadi yang hebat. Bahwa setiap anak pasti memiliki kelebihan dalam suatu bidang. Dan itu tidak serta merta harus di bidang akademik, apalagi harus di mata pelajaran matematika misalnya.

Ibu harus membuka mata lebar-lebar, memperluas wawasan. Ibu mungkin ‘melupakan’ bahwa si kecil yang tidak terlalu baik nilai matematikanya itu dikenal sebagai anak yang sangat sopan, ringan tangan membantu teman-temannya di sekolah, juga jago bermain basket.

Begitupun si bungsu yang sudah berusia 2,5 tahun tapi belum juga terbiasa buang air kecil di kamar mandi. Tapi kesehariannya tergolong anak yang tidak mudah tantrum, sudah bisa merapikan mainan sendiri, dan selalu ikut-ikutan shalat jamaah bersama ayah ibunya.

Mengapa ibu menutup mata dengan keberhasilan lain yang dicapai anak? Bukankah ‘kekurangan’ anak itu masih tergolong sesuatu yang tidak membahayakan di umurnya?

Akan lebih indah jika ibu bersikap realistis. Meskipun tidak boleh menganggap sepele masalah tersebut, jangan sampai membuat ibu merasa bersalah karena anak belum bisa melakukan hal-hal seperti anak seusianya. Jadilah ibu bijak agar anak bisa mengatakan seperti yang dikatakan salah satu legenda sepakbola dunia Diego Maradona, “My mother thinks I am the best. And I was raised to always believe what my mother tells me.”

 




Mengapa Mengasuh Anak Sekarang Jauh Lebih Sulit Dibandingkan Dulu?

Sebelumnya

Mata Ibu, Silvia Menjadi Komentator Bola bagi Anaknya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting