BANGKRUT adalah satu kata yang ditakuti manusia. Jika kita bicara harta, kebangkrutan adalah sebuah kondisi menyedihkan; tidak lagi punya harta atau aset yang bisa diuangkan, bahkan terjerat utang.
Pun dalam hal amal ibadah, kita sebagai muslim tentu tidak ingin segala kebaikan yang kita kerjakan di dunia tidak membuahkan surga karena saat ditimbang nanti, dosa kita ternyata lebih berat dibandingkan amal ibadah. Kita menjadi hamba yang bangkrut meskipun kita merasa tidak pernah meninggalkan salat wajib dan berusaha sekuat tenaga mengerjakan ibadah sunah.
Apa yang terjadi?
Tanpa kita sadari, apa yang kita lakukan sehari-hari, di era modern ini, bisa mengurangi sedikit demi sedikit pahala kita. Hal ini berkaitan dengan penggunaan gadget yang tidak lepas dari keseharian kita. Tanpa sadar, kita menjadi penyebar hoax juga aktif berghibah di media sosial.
Bahayanya, ghibah ‘modern’ ini dilakukan tanpa kenal waktu. Dari bangun tidur hingga sebelum tidur, jemari kita seolah tak lelah membicarakan aib orang lain di laman chat atau mengisi komentar pedas di media sosial. Ada saja yang kita komentari. Mulai dari selebriti hingga teman sendiri.
Kita yang merasa sudah menjalankan perintah Allah yang wajib dan yang sunah, seharusnya harus segera menghentikan kebiasaan bergunjing di dunia maya ini. Kita harus sadar bahwa kebiasaan buruk itu akan membawa keburukan bagi kita tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat kelak.
Kebiasaan membicarakan dan menertawakan aib orang lain cenderung membuat kita lupa dengan aib diri sendiri. Perlahan-lahan, rasa sombong muncul di hati kita, merasa kita lebih baik dari orang lain.
Dan kelak di akhirat, kita akan terhenyak mendapati timbangan amal saleh kita terasa sangat ringan. Pahala dari ibadah yang kita kerjakan menguap, beralih ke orang-orang yang selama ini kita gunjingkan. Salat sunah rawatib kita, puasa Senin Kamis kita, sedekah Jumat kita…semua pahalanya mengalir kepada orang-orang yang kita cemooh di dunia. Dan kita pun menjadi hamba yang bangkrut. Na’udzubillah.
***
KOMENTAR ANDA