KEJUJURAN merupakan akhlak karimah yang harus dimiliki orang-orang yang bertakwa. Siapa yang jujur, maka hidupnya akan terasa ringan tanpa beban, tanpa harus bersusah-payah menutupi sesuatu. “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan jadilah kalian bersama orang-orang yang jujur.” (At-Taubah: 119)
Pernikahan menuntut kejujuran suami dan istri. Tanpa kejujuran, tidak akan ada sikap saling percaya. Dan jika itu sudah terjadi, keharmonisan rumah tangga akan terkikis sedikit demi sedikit. Rumah tangga tidak dapat menjadi ‘rumah’ yang menenteramkan hati.
Satu hal yang harus disadari oleh suami maupun istri bahwa perbuatan dusta pasti terekam oleh malaikat. “Tiada suatu ucapan yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaaf: 18)
Meskipun demikian, bijakkah jika semua hal menyangkut diri kita diungkapkan kepada pasangan? Apakah pasangan dapat menerimanya dengan ikhlas? Tidakkah itu akan mengurangi kasih sayang pasangan kepada kita? Apakah kita tidak boleh menjaga privasi dari pasangan?
Suami istri hendaknya menjaga kemuliaan keluarga dengan tidak mengumbar aib ke luar rumah. Demikian pula dalam hubungan suami istri, ada beberapa hal yang tidak harus ‘diumbar’ kepada pasangan demi menjaga perasaan dan tidak menambah beban pikiran pasangan.
Namun begitu, hendaknya dalam mengambil keputusan yang menyangkut kehidupan bersama, jangka pendek maupun panjang, komunikasi dengan pasangan menjadi hal yang utama dilakukan. Melibatkan suami atau istri dalam keputusan-keputusan penting yang berimbas pada kondisi rumah tangga adalah sebuah kemuliaan bagi pasangan.
Di antara hal yang tidak perlu dibicarakan serius atau di-share dengan pasangan adalah masalah pekerjaan dan barang pribadi berikut informasi di dalamnya.
Bila bicara pekerjaan, terlebih datang dari latar belakang berbeda, masalah teknis pekerjaan bisa menjadi suatu hal yang membingungkan bahkan membosankan bagi pasangan. Sesekali memberitahu garis besar pekerjaan boleh-boleh saja, tapi bukan berarti jika ada masalah dalam pekerjaan harus memberitahukan pasangan.
Selanjutnya adalah barang-barang pribadi dan informasi di dalamnya. Laptop dan ponsel pintar adalah dua contoh barang pribadi berisi informasi pribadi kita. Yang terpenting adalah keterbukaan dan saling percaya bahwa apa yang kita lakukan selalu dalam koridor agama. Sesekali melihat akun media sosial pasangan boleh-boleh saja, tapi bukan lantas secara diam-diam setiap hari memeriksa satu per satu percakapannya dengan orang lain di laman chat.
Yang harus diresapi adalah ayat 21 surah Ar-Rum yang menghiasi undangan pernikahan kita. Bahwa hakikat utama hubungan suami-istri adalah untuk menenteramkan hati dan menyejukkan mata. Agar tidak ada dusta tercipta walaupun tak semua harus diungkapkan.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Dijadikannya di antara kalian rasa kasih sayang. Sesungguhnya dalam hal yang demikian benarlah terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”
KOMENTAR ANDA