KOMENTAR

ME TIME adalah istilah sakti bagi perempuan. Istilah “me time” mengacu pada kegiatan yang berfokus untuk menyenangkan diri sendiri. Bagi para perempuan lajang, me time mungkin bukanlah hal yang sulit dilakukan. Berbeda dengan perempuan yang sudah berstatus istri atau bahkan ibu. Melakukan kegiatan yang menyenangkan diri sendiri tanpa terganggu urusan rumah tangga dan anak, menjadi ‘barang berharga’ bagi banyak perempuan.

Ibu yang bahagia akan menjadikan anak bahagia. Happy mom, happy kids. Kalimat tersebut memang benar. Tapi bukan berarti happy mom adalah ibu yang gila-gilaan menghabiskan waktu dan uang untuk menyenangkan diri sendiri.

Yang harus disadari, me time haruslah menjadi sebuah kegiatan yang bisa membuat perempuan merasa santai, tenang, nyaman, dan happy. Hal tersebut tidak tergantung pada lamanya me time. Tapi bagaimana setiap detik me time dinikmati dengan bahagia. Dan setelahnya, tidak boleh menimbulkan keresahan.

Salah satu yang kerap menimbulkan keresahan setelah me time adalah budget besar yang menguras dompet. Mempercantik diri harus ke salon ternama langganan para artis. Traveling harus ke luar negeri. Wisata kuliner harus ke restoran mewah yang masuk top list di berbagai media sosial. Atau shopping, harus brand papan atas internasional.

Tanpa disadari, keinginan untuk menyenangkan diri sendiri justru berbalik menyakitkan. Sederet kegiatan dan barang yang dibeli atas nama me time, justru membuat kepala pusing. Akibatnya, alih-alih menambah semangat, relaksasi yang dilakukan justru merugikan diri kita. Jangan sampai demi terlihat keren dan hits, uang habis bahkan harus berutang.

Body, Mind, & Soul

Bicara mensana in corpore sano, tubuh yang sehat bisa diperolah dari mengonsumsi makanan sehat dan  olahraga rutin. Dan itu semua harus menjadi sebuah gaya hidup, bukan bergantung pada me time. Kesehatan tubuh, pikiran, dan jiwa sebagai sebuah kesatuan dapat diperoleh dengan menjalankan gaya hidup sehat dan terutama, menjalankan gaya hidup islami sesuai tuntunan Rasulullah saw.

Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir. Cukuplah Allah sebagai pelindung dan penolong kami. Itulah dzikir yang jika dilafalkan dengan segenap hati, akan menjadikan kita manusia qanaah; yang senantiasa merasa cukup dengan rezeki dari Allah. Inilah dzikir yang melapangkan hati dan menenangkan pikiran. Menjadikan kita manusia yang senantiasa bersandar kepada Allah di kala senang dan susah. Hati tenang, pikiran ringan. Insya Allah yang tersisa hanyalah semangat untuk berbuat lebih baik di hari esok.

Lantas, mengapa kita tidak membiasakan berdzikir untuk menjadi me time?




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women