BELUM lama ini kita banyak menemui informasi beredar viral di dunia maya mengenai alat pendeteksi dini Demam Berdarah Dengue (DBD). Agar tidak terjadi kesimpangsiuran informasi yang diperoleh masyarakat, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengklarifikasi perihal Kit DBD buatan mereka.
Dalam pernyataan resmi tersebut, BPPT mengatakan Kit Diagnostik Demam Berdarah Dengue masih berbentuk purwarupa, masih dalam tahap pengujian, juga belum diproduksi massal dan dikomersilkan. Lebih jauh, Deputi Teknoloti Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) BPPT, Soni S. Wirawan menyatakan bahwa pihaknya sedang berupaya mencari solusi permasalahan wabah DBD dengan mengembangkan Kit DBD tersebut secepatnya.
“Semoga purwarupa inovasi alat tes diagnostik DBD bisa cepat mendapatkan mitra industri dalam negeri untuk dapat diproduksi secara massal. Kami ingin mitra industri yang akan memproduksi massal kit DBD ini segera memulai produksi agar bisa digunakan untuk mempercepat deteksi dan tindakan penanganan demam berdarah di Indonesia,” ungkap Soni dalam pernyataan resminya, Senin (04/02/19).
Melanjutkan pernyataan Deputi TAB di atas, Agung Eru Wibowo selaku Plt. Direktur Pusat Teknologi Farmasi dan Medika (PTFM) BPPT menjelaskan bahwa Kit DBD BPPT menggunakan anti-NS1 monoklonal antibodi yang dikembangkan berdasarkan strain virus lokal Indonesia yang diharapkan memberikan sensitifitas yang lebih baik. Agung juga menyampaikan bahwa DBD hingga saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia terutama di daerah subtropis dan tropis seperti Indonesia.
“Komponen utama prototip kit diagnostik dengue BPPT berupa antibodi monoclonal anti-NS1 telah terbukti dalam skala laboratorium dapat mengenali virus dengue strain lokal Indonesia,” kata Agung.
Selanjutnya Agung menjelaskan bahwa BPPT saat ini sedang melakukan pembahasan dengan mitra industri dalam rangka hilirisasi dan komersialisasi. Jadi katanya, saat ini produk kit diagnostik hasil pengembangan BPPT ini belum diproduksi secara masal dan masih menunggu tahap kerjasama dengan mitra industri.
Selain itu BPPT menjelaskan bahwa alat tersebut dirancang hanya untuk digunakan di fasilitas-fasilitas kesehatan dan dianjurkan tidak digunakan sebagai self-diagnosis.
Kita doakan, semoga kit deteksi DBD segera rampung diuji dan bisa segera diproduksi massal dengan harga yang terjangkau, agar wabah DBD di Indonesia bisa teratasi.
KOMENTAR ANDA