KOMENTAR

TANTRUM dapat diartikan sebagai ledakan emosi. Dalam dunia parenting, kita mengenal tantrum yang biasa dialami balita. Sikap keras kepala, mengomel, membangkang, hingga menangis, menjerit, atau berteriak histeris.

Tantrum biasanya ‘keluar’ saat si kecil tidak mendapat apa yang ia mau. Saat kita sebagai orangtua mengatakan “tidak”, anak tidak dapat menerimanya hingga tidak dapat mengendalikan diri. Bukan tidak mungkin walaupun akhirnya kita mengabulkan permintaannya, dia tidak bisa langsung menghentikan tantrumnya.

Namun tahukah Ibu, di balik kehebohan emosi yang meledak dalam tantrum, ada hikmah di dalamnya. Jadi, jangan buru-buru menyalahkan anak jika ia tantrum. Apa saja hikmah tantrum?

Pertama, tanpa kita sadari, tantrum merupakan tanda anak mampu mengatakan “tidak”. Dalam artian, dia menolak apa yang telah kita katakan kepadanya. Meskipun terlihat seperti perlawanan, tapi sebenarnya ini adalah tanda dia dapat berpikir dan berteguh hati. Tinggal kita yang kemudian harus bersabar menjelaskan mengapa kita menolak keinginannya sekaligus membantu si kecil untuk bisa berdamai dengan kekecewaan dalam hatinya.

Kedua, tantrum membantu anak untuk belajar dan gigih. Misalnya saat si kecil gagal menyusun mainan dengan rapi, biasanya ia akan menangis dengan keras, berteriak, atau membuat mainannya berantakan. Setelah itu, ia akan mencoba lagi terkadang dengan cara yang berbeda. Rasa kesal yang tadi menyelimuti ‘mencambuk’nya belajar hal-hal baru.

Ketiga, tantrum membuat anak dapat tidur nyenyak di malam hari. Dengan tantrum, si kecil melepaskan berbagai emosi yang mengganggu pikirannya. Dengan demikian, ia menjadi lebih mudah untuk terlelap di malam hari. Tidak ada kekesalan atau kemarahan yang mengganggu pikirannya.

Keempat, tantrum dapat memperbaiki mood si kecil. Dengan menangis dan mengeluarkan airmata, anak melepaskan emosi buruknya. Airmata yang dikeluarkan juga mampu menenangkan dirinya.

Seiring bertambahnya usia, anak harus dilatih agar dapat lebih terampil mengendalikan emosinya. Dengan demikian, tantrum—meskipun memiliki beragam manfaat—bisa semakin berkurang.




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting