KOMENTAR

JIKA Indonesia kini sedang ‘berjuang’ melawan DBD yang makin tinggi angka kasusnya selama musim penghujan, maka Filipina, terutama di kota Manila sedang dilanda wabah virus Campak. Dalam satu minggu di awal Februari 2019 ini, Departemen Kesehatan Filipina mencatat lebih dari 800 kasus terduga campak. Dari ratusan kasus yang dilaporkan, ada 50 orang—didominasi anak-anak—meninggal dunia setelah terkena campak.

Campak adalah penyakit yang dapat menular dengan cepat melalui bersin dan batuk. Virus campak menyebar lewat udara hingga jangkauannya sangat luas. Beberapa gejala campak yang harus diwaspadai adalah adanya demam, batuk, pilek, dan mata merah. Kemudian, dalam beberapa hari, akan muncul ruam merah di tubuh dan wajah.

Makin tingginya angka kasus campak disinyalir karena banyak orangtua di Filipina menolak pelaksanaan imunisasi di pusat-pusat kesehatan masyarakat. Mereka takut akan ada komplikasi yang muncul setelah imunisasi campak seperti komplikasi yang muncul setelah vaksin demam DBD. Padahal, bisa dikatakan bahwa vaksin campak berbeda dengan vaksin DBD yang masih baru, belum teruji secara maksimal.

Melihat penyebaran kasus campak, Menteri Kesehatan Filipina Francisco Duque mengimbau orangtua untuk segera memvaksin anak mereka agar tidak terlambat. Duque mengingatkan bahwa Bronchopneumonia yang disebabkan oleh komplikasi campak tidak bisa dianggap remeh karena bisa mematikan.

Saat ini, para pejabat terkait menyebutkan sebanyak lebih dari dua juta anak di Filipina yang belum divaksin hingga rentan terpapar virus campak.




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health