BANYAK manusia kerap berputus asa dalam menggapai hidayah dan ampunan Allah Swt. Penyebabnya karena kita merasa sudah melakukan teramat banyak dosa dan maksiat dalam hidup ini. Kita merasa diri sudah penuh noda. Ibarat cermin kotor yang tidak pernah dibersihkan selama bertahun-tahun. Akan sangat sulit untuk bisa kembali ‘bersinar’.
Ketika kita mulai berputus asa untuk mendekat pada kebaikan, mari merenungi kalimat mulia ini: Manusia akan melupakan 1000 kebaikan karena satu kesalahan yang kita lakukan. Tapi, Allah akan mengampuni 1000 kesalahan karena satu kebaikan yang kita perbuat.
Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)
Masihkah kita meragu dengan rahmat Allah yang dijanjikanNya dalam ayat di atas?
Maka kita tidak pantas berputus asa dari rahmat Allah. Kita tidak selayaknya mengubur diri dalam kubangan dosa. Kita harus yakin bahwa dengan kun fayakun, Allah dapat memberatkan timbangan kebaikan kita meskipun kita merasa tak ada kebaikan yang mampu menghapus dosa. Yang perlu kita lakukan hanyalah terus memperbaiki diri dan amalan kita, hablumminallah dan hablumminannas. Tidak menyerah untuk menjemput dan mempertahankan hidayah.
Manusia memang makhluk yang tak luput dari kubangan maksiat dan dosa. Tapi kita dianugerahi Allah akal sehat yang seharusnya bisa membuat kita menghentikan ‘kebiasaan’ berbuat dosa itu. Akal sehatlah yang mampu mengatakan bahwa kehidupan akan terasa lebih damai dan menenangkan manakala kita tunduk pada aturan Sang Penguasa alam semesta.
Akal sehat pulalah yang akan mengantarkan kita kepada iman dan Islam yang sejati. Karena kita mengerti, manakala kita mengutamakan syahwat duniawi lalu melabrak perintah Allah, maka gelimang materi, kekuasaan, popularitas, dan kemegahan dunia lainnya hanya akan membawa pada kehampaan dan kesakitan di akhirat kelak. Na’udzubillah.
KOMENTAR ANDA