Allah berfirman dalam Surah Al Insyirah, fa inna ma’al ‘usri yusra yang artinya “sesungguhnya setelah kesulitan akan ada kemudahan”.
PENGALAMAN buruk yang kita alami dapat membuat kita merasa sedih teramat dalam, bahkan trauma. Perasaan trauma inilah yang kemudian melahirkan rasa tidak percaya diri, rasa menyesal, rasa bersalah, hingga akhirnya menciptakan ketakutan untuk melangkah lagi. Susah move on, begitu kita menyebutnya.
Salah satu pengalaman pahit yang kerap menimbulkan rasa trauma adalah kisah cinta. Gagal ta’aruf dengan si dia yang menurut kita adalah sosok ideal. Bagi kebanyakan perempuan, sangat sulit untuk move on dari kegagalan cinta yang berujung patah hati ini.
Di era modern sekarang ini, sulit move on akan membuat kita kehilangan banyak peluang dalam kehidupan pribadi, kehidupan sosial, maupun kehidupan profesional.
Mengurung diri, meneteskan airmata setiap hari, menyesali diri, dan kehilangan waktu bersama sahabat dan keluarga karena merasa tidak sanggup ‘menghadapi dunia’ hanya akan membuat kita makin terpuruk dan tak bisa melupakan masa lalu yang pahit.
Ingin cepat move on dari pengalaman buruk? Ini 5 Kiat yang harus Anda coba.
Menyadari Adanya Masalah
Kiat pertama untuk bisa lepas dari masalah adalah menyadari adanya masalah. Artinya, kita tidak mencoba lari dari masalah dan tidak berpura-pura semua baik-baik saja. Dengan menyadari adanya masalah, mental kita akan bersiap untuk menghadapi dan mencari solusinya.
Tidak Menyalahkan Siapa-Siapa
Dengan adanya masalah, kita dituntut untuk lebih mengenal diri sendiri dan bijak menyikapi perbedaan pemikiran yang mencuat antara kita dan orang lain. Dengan begitu, kita akan bisa berpikir jernih bahwa ketidakselarasan yang terjadi bukan disebabkan kesalahan satu pihak, melainkan perbedaan yang sulit dikompromikan.
Tidak perlu kita menyesali diri dengan mengatakan “andai dia mau begini…” atau “andai aku bisa mengubah hal itu…”. Intinya, kita tidak boleh menyalahkan orang lain maupun diri sendiri. Pun jika trauma kita disebabkan si dia berpindah ke lain hati, kita seharusnya bersyukur bahwa inilah tanda Allah bahwa dia tidak cocok untuk kita.
Memaafkan
Klise, tapi hanya dengan cara inilah hati kita menjadi plong. Beban berat yang selama ini menggelayut di hati dan pikiran kita akan langsung terangkat ketika kita ikhlas memaafkannya, otak terasa ringan, senyum pun tanpa sadar langsung tersungging di bibir kita. Inilah kekuatan memaafkan.
Yakinkan Diri Bisa Kembali Utuh
Meski hati terasa hancur, kita harus yakin bahwa diri kita bisa kembali utuh. Utuh dalam arti dapat berpikir jernih dan dapat merasakan lagi kebahagiaan. Dengan begitu, kita tidak akan mengutuki nasib dan menyesali diri terus-menerus. Ketika kita sudah memaafkan kesalahan orang lain (dan kesalahan diri kita sendiri tentunya), akan lebih mudah mengumpulkan semangat untuk memperbaiki diri.
Melecutkan Potensi Terpendam
Sekarang atau tidak sama sekali. Semboyan itu harus kita camkan agar kita tidak berlarut dalam keterpurukan. Think big, dan lecutkan potensi diri yang selama ini kita acuhkan demi meraih mimpi yang selama ini kita pendam. Ada banyak kesempatan di luar sana untuk kita bisa merasakan bahagia. Menekuni hobi yang selama ini terlupakan, melamar pekerjaan baru di perusahaan impian, atau mendaftar menjadi anggota komunitas baru.
Allah berfirman dalam Surah Al Insyirah, fa inna ma’al ‘usri yusra yang artinya “sesungguhnya setelah kesulitan akan ada kemudahan”. Maka tak ada yang perlu kita tangisi berlama-lama. Kita harus meyakini takdir Allah dengan menerima peristiwa buruk dalam hidup kita, tapi juga harus cepat bangkit karena Allah menjamin adanya kemudahan selepas kesulitan yang kita rasakan.
Satu hal yang harus kita pegang teguh adalah kebahagiaan kita tidak ditentukan oleh orang lain. Diri kitalah yang menentukan apakah kita memilih untuk bahagia atau tidak bahagia. Pada hakikatnya, bahagia itu sederhana, tidak memerlukan kemewahan dunia atau kehadiran orang yang sempurna untuk kita.
KOMENTAR ANDA