KOMENTAR

ANGGOTA DPR RI Komisi II (Pemerintahan Dalam Negeri & Otonomi Daerah, Aparatur & Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria) dari Fraksi Demokrat, Muhammad Afzal Mahfuz siap bertarung kembali di Pemilihan Legislatif 2019. Pengalaman dua tahun di badan legislatif, makin mengukuhkan niat Afzal memajukan Daerah Pemilihan Sulawesi Barat. Ia fokus mengembangkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di Sulawesi Barat.

Menghadapi Pemilihan Legislatif April mendatang, Afzal menyatakan kesiapannya sama dengan pengalamannya di tahun 2014. Menurut Afzal, perbedaannya hanya terletak pada orang-orang sekarang lebih mengenal sosoknya dan kampanye kali ini berjalan lebih terbuka, termasuk dengan adanya media sosial. Visi misi Afzal adalah mengabdi kepada masyarakat. Bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan bagaimana memaksimalkan potensi dirinya sebagai wakil rakyat untuk membangun daerah menjadi lebih maju.

Cita-Cita Luhur

Dua tahun duduk di kursi parlemen, Afzal melihat Sulawesi Barat yang notabene adalah provinsi baru masih membutuhkan banyak pembangunan dan pengembangan. Menurutnya, Indonesia secara umum memang masih harus berkonsentrasi terutama untuk pengembangan SDM. Afzal mengutip penggalan baris lagu Indonesia Raya, “bangunlah jiwanya, bangunlah badannya”, yang ia pegang teguh. Pun demikian, pengembangan SDM yang komprehensif harus memerhatikan peningkatan mental dan spiritual individu, bahkan terkait erat dengan berbagai kebutuhan hidup. “Bagaimana mereka mau sehat atau baik, jika ekonomi susah, akses ke sarana kesehatan payah, pendidikan susah, transportasi susah, jadi memang banyak hal yang perlu dibenahi,” kata suami Robiatul Adawiyah, atau lebih populer dengan nama Dewi Rasyid (putri KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’i, pemimpin Ponpes As-Syafiiyah, Jakarta) yang merupakan anggota DPD RI dari Lombok, NTB ini.

Selama ini Afzal bekerja sama dan bersinergi dengan sesama anggota dewan di Komisi lain untuk membangun Sulawesi Barat. Ia mencontohkan, beasiswa program Indonesia Pintar dari Komisi X juga obat-obatan dan makanan bayi dari Komisi IX.

Keputusan Berpolitik

Bagi Afzal, berpolitik merupakan satu bentuk pengabdian. Sama halnya dengan profesinya dulu sebagai pengacara, sebuah pengabdian kepada negara dalam dunia hukum. Ihwal terjun ke politik, dimulai sejak ia kerap membantu teman-teman di Partai Demokrat pada tahun 2004. Meski awalnya enggan terlibat dalam kepengurusan partai, kedekatan emosional yang terjalin dengan teman-teman di Demokrat akhirnya membuat Afzal duduk juga dalam struktur partai. Di tahun 2014, Afzal mendapat tawaran menjadi caleg. “Saat itu, saya tidak punya uang untuk maju sebagai caleg. Alhamdulillah, faktanya memang tidak membutuhkan satu sen pun untuk masuk sebagai caleg di Sulawesi Barat.”

Meski kalah, ia tidak patah arang dan konsisten berjuang bersama Demokrat. Di tahun 2017, Afzal dilantik sebagai Anggota DPR RI Pergantian Antar Waktu (PAW) menggantikan Salim Mengga yang maju di Pilgub Sulawesi Barat. Dengan kembali mencalonkan diri, Afzal berharap bisa lebih maksimal dalam pengabdiannya untuk lima tahun ke depan. Menurutnya, masih banyak PR yang belum ia selesaikan terutama terkait kemaslahatan masyarakat Sulawesi Barat. “Menurut saya, barometer keberhasilan itu tidak ada batasnya. Berhasilnya pembangunan di suatu daerah, tentulah harus didasari pemikiran ‘tidak pernah merasa puas’ agar inovasi terus berjalan.

 

PR Yang Harus Dikerjakan

Ia merasa alokasi program pemerintah pusat masih kurang untuk sampai ke Dapilnya, terkait beasiswa pendidikan, sarana transportasi, peralatan dan bibit untuk pertanian, serta minimnya cold storage yang menjaga kesegaran ikan-ikan hasil tangkapan nelayan. Pun tentang pendidikan dan kesehatan, Afzal mengakui masih banyak kekurangan dalam dua aspek tersebut di Sulawesi Barat.

Dalam hal pendidikan, ia melihat banyak gedung sekolah tidak layak serta sarana pendidikan seperti buku dan laboratorium yang kurang memadai, di samping tenaga pendidik yang kualitasnya belum merata. Banyak anak ingin sekolah tapi tidak mampu. Sekolah gratis belum merata karena ada beberapa Pemda yang kekurangan anggaran sehingga tidak bisa mengalokasikan 20 persennya untuk pendidikan.

Sedangkan dalam hal kesehatan, minimnya jumlah tenaga ahli dan mobil ambulans masih menjadi masalah yang belum terselesaikan. Yang aneh, Sulawesi Barat terkenal dengan gizi buruk padahal Sulawesi Barat memiliki sumber daya alam yang luar biasa. Ada juga pelabuhan yang pengelolaannya diserahkan ke tiga provinsi lain dengan alasan Sulawesi Barat adalah provinsi baru. Padahal kami sudah berdiri hampir 15 tahun. “Semua masalah itu harus diselesaikan secara kontinu dan komprehensif, tidak bisa parsial,” tegas Afzal.

Tak hanya itu, Afzal pun concern pada pembinaan generasi muda, salah satunya melalui olahraga Rugby. Tim Rugby Sulawesi Barat berhasil masuk 10 besar tingkat nasional, sebuah prestasi bagi provinsi muda. Afzal berharap Rugby kian populer di Indonesia dan dapat menjadi wadah positif bagi anak-anak muda di Sulawesi Barat untuk mengukir prestasi di ajang nasional maupun internasional.

Mengingat banyaknya PR yang harus dikerjakan tersebut, jika terpilih lagi, Afzal bertekad berusaha keras meminta tambahan anggaran belanja untuk Sulawesi Barat. Ia mengakui porsi APBN untuk daerah yang kadang menurutnya tidak proporsional merupakan kendala yang harus dihadapi. Meski begitu, hal itu dianggapnya wajar karena memang diberikan sesuai kebutuhan.

Menyoal Pemilih Perempuan

Mengenai Pilpres dan Pileg yang dilaksanakan bersamaan, Afzal menilai laki-laki dan perempuan harus sama-sama diedukasi terutama agar tidak mudah termakan hoaks. Terutama bagi perempuan, harus berhati-hati agar tidak memilih calon pemimpin dan wakil rakyat semata karena good looking. Harus ada kualitas diri sebagai pemimpin yaitu memiliki visi dan misi yang jelas, visioner, dan terpenting harus cerdas. Jika tidak cerdas, bagaimana nanti memimpin rakyat, menentukan kebijakan, dan mengambil keputusan penting. Bagaimanapun juga, experience makes you expert. Lihat track record calon pilihan kita. Kalau tidak punya pengalaman memimpin lantas menjadi pemimpin besar, bisa hancur. Jangan jadikan Pemilu tahun ini sebagai ajang uji coba.

Menyikapi isu money politic yang masih kencang berhembus di Dapil, Afzal mengaku hanya bisa pasrah. Menurutnya, memberi uang tidak akan mengajarkan pemilih untuk menjadi lebih baik. “Kakek saya berpesan, kalau orang lain mencuri, kita tidak boleh ikut mencuri. Lebih baik saya kalah dengan cara terhormat daripada saya menang dengan cara yang curang,” tegas Afzal.

Sebelum menjabat anggota dewan, lulusan Fakultas Hukum Universitas Trisakti ini berprofesi sebagai pengacara yang concern pada perlindungan anak dan perempuan. Afzal mengaku lebih memilih untuk membela mereka yang dirugikan, yang dizalimi, daripada menangani kasus korupsi dan narkoba. Ia tak ingin moralnya terganggu serta ingin istri dan lima anaknya hidup dari uang halal.




Dukung Riset dan Publikasi Ilmiah, Kantor Wilayah Kemenkumham DKI Jakarta Luncurkan Jurnal Yustisia Hukum dan HAM “JURNALIS KUMHAM”

Sebelumnya

Momen Unik yang Viral, Kebersamaan Presiden Prabowo dan Kucing Bobby Kertanegara di Istana

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News