SAAT kita sakit, tidak jarang kita merutuki kondisi tersebut. Kita menyesali mengapa kita tidak makan tepat waktu, mengapa kita makan makanan yang tidak sehat, mengapa kita enggan berolah raga, mengapa kita bekerja terlalu keras, dan masih mengapa-mengapa lainnya yang kita yakini sebagai penyebab kita jatuh sakit.
Kita seringkali lupa bahwa sakit dapat mengangkat derajat kita sebagai seorang muslim. Tapi tentu saja, ada syarat dan ketentuan yang berlaku. Setidaknya ada 3 syarat yang harus kita lakukan jika ingin kondisi sakit menjadi pengangkat derajat kita.
Pertama, sakit yang menjadi kesempatan zikrullah (mengingat Allah). Ketika kita menderita dalam sakit dan selalu menyebut nama Allah, jauh lebih sering daripada kita dalam keadaan sehat, insya Allah sakit kita akan membawa hikmah. Mengingatkan kita betapa kesehatan adalah nikmat Allah yang sedemikian besar.
Kedua, sakit yang menjadi sarana muhasabah (perenungan). Ketika kita sehat, kita kerap disibukkan dengan segudang aktivitas yang begitu menyita waktu. Shalat dikerjakan tanpa tuma’ninah alias grabak grubuk demi sekadar menunaikan kewajiban semata. Karena itulah kita tidak memiliki waktu luang untuk merenungkan kehidupan kita.
Apa yang sudah kita lakukan, apa yang belum. Apa yang sudah berada di jalur semestinya, apa yang salah langkah. Ketika sakit membuat kita merenung dan memahami apa yang salah dalam hidup kita lalu bertekad memperbaikinya, maka itulah hikmah sakit yang dapat menaikkan derajat kita.
Ketiga, sakit yang menjadi ladang jihad. Ketika kita sakit dan kita berjuang dengan segenap jiwa raga untuk bisa sembuh, maka itulah jihad yang sedang kita lakukan. Berobat ke dokter maupun dengan pengobatan alami, apalagi yang memasukkan nilai-nilai Islam ke dalamnya—tentu yang sesuai syariat—insya Allah akan menjadi sebuah amal yang dapat membuat kita dapat menjadi manusia yang lebih tangguh dari sebelumnya.
Namun manakala ketika kita menyalahkan takdir, merutuki kelemahan diri, menangis sepanjang hari tanpa berkeras berjuang untuk sembuh, tentulah sakit kita menjadi ujian yang tidak dapat menjadikan diri kita naik tingkat menjadi muslim yang lebih baik.
KOMENTAR ANDA