KOMENTAR

WARTAWAN Indonesia, Teguh Santosa, mendapatkan kesempatan untuk menjadi pembicara dalam forum World Journalist Confrence (WCJ) yang digelar di Seoul, Korea Selatan pada Senin (25-03) waktu setempat. Dalam orasinya, Teguh yang juga merupakan founder farah.id mengatakan bahwa reunifikasi dua Korea merupakan tugas yang diemban oleh Republik Korea atau Korea Selatan dan Republik Rakyat Demokratik Korea atau Korea Utara. Karenanya masyarakat pers internasional diimbau untuk ikut mengawal agenda tersebut dengan menanggalkan lensa kombatif dalam melihat situasi konflik di Semenanjung Korea.

“Reunifikasi dua korea merupakan tugas konstitusional yang harus dijalankan di Korea Utara dan juga Korea Selatan’, ujar Teguh. Lebih lanjut ia mengatakan para pemimpin kedua negara tersebut, khususnya setelah perang dingin berakhir, telah menggelar serangkaian pembicaraan mengenai reunifikasi dua korea. Merujuk pada pertemuan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Il dan Presiden Korea Selatan, Moon Jaein di Pyongyang pada tahun 2000.

Dalam pertemuan tersebut, pemimpin kedua negara bersepakat bahwa reunifikasi merupakan pekerjaan bersama bangsa Korea yang harus dilakukan dalam suasana damai dan penuh dengan persaudaraan. Adapun bagaimana dengan hasil reunifikasi itu, keputusan tersebut harus diserahkan sepenuhnya kepada bangsa Korea tanpa campur tangan pihak luar.

Teguh yang telah berkali-kali kali berkunjung ke Seoul dan Pyongyang mengatakan bahwa proses perdamaian dua Korea sering tergangggu dengan adanya pihak ketiga yang merasa khawatir dengan perubahan peta geopolitik di kawasan semenanjung tersebut yang nantinya juga akan berdampak dengan terganggunya kepentingan ekonomi mereka. Seperti diketahui, pemimpin kedua negara tersebut pernah melakukan pertemuan resmi sebanyak tiga kali.

Selain itu, Kim Jong Un juga telah melakukan pertemuan dengan Presiden Amerka Serikat, Donald Trump sebanyak dua kali, tepatnya yang diselenggarakan di Singapura pada pertengahan 2018 silam dan pertemuan di Vietnam akhir bulan lalu. Lebih lanjut ia mengatakan, “Meskipun tidak ada kesepakatan yang tercapai dalam pertemuan kedua, saya pikir pertemuan di Hanoi cukup memberikan hasil yang signifikan. Dalam studi konflik, perjanjian membutuhkan beberapa elemen, termasuk kesabaran. Saya optimistis dengan hasil upaya perdamaian ini,” papar dosen studi Asia Timur UIN Jakarta ini.

Forum yang diselenggarakan oleh Asosiasi Wartawan Korea (JAK) di Korea Press Center ini dihadiri oleh delegasi dari 50 negara. Pembicara lain yang hadir dalam forum tersebut antara lain, Deputi Direktur Eksekutif SMG News Center Hongkong Zhu Xiaoqian, Wartawan Die Welt Jerman Teresa Pfuetzner, Wakil Presiden Asosiasi Wartawan Korea Woosuk Kenneth Choi dan Wartawan NSJP Amerika Serikat Janet Marie Tarquino.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News