KOMENTAR

JANGAN terlalu ambisius terhadap gemerlap dunia. Karena bagaimanapun, dunia tidak akan ada habisnya. Nafsu manusia tidak akan merasa puas untuk memiliki lebih dan lebih banyak lagi. 

Tidak berpuas diri dan selalu mendongakkan kepala ke atas, iri terhadap kondisi orang lain yang kita lihat lebih ‘wah’ dan glamor. Tanpa sadar kita menyesali nasib. Lalu berandai-andai tiada henti membayangkan diri memiliki harta berlimpah.

Rasulullah saw. bersabda: “Seandainya seorang anak Adam memiliki selembah emas, niscaya ia akan menginginkan lembah kedua. Tidak ada yang bisa memenuhi mulutnya kecuali tanah dan Allah menerima taubat orang yang mau bertaubat.” (HR. Bukhari & Muslim)

Ya, dunia dan seisinya memang begitu menggoda. Ketika anak cucu Adam sudah terpaku pada keindahan dunia, jalan menuju akhirat bisa menjadi ‘kabur’. Hampir seluruh waktu di dunia dihabiskan untuk mengejar gelimang harta. Menumpuk harta tanpa kenal lelah.

Memang benar bahwa Islam mengajarkan bahwa menjadi orang berharta adalah mulia karena bisa membantu sesama dan menegakkan Islam. Namun bukan lantas kita dibutakan harta. Kita harus ingat bahwa harta yang kita kumpulkan semasa hidup harus dipertanggungjawabkan asal dan manfaatnya. Pun kita harus sadar bahwa kita tidak akan mati membawa harta. 

Maka harta jangan sampai mengalahkan kecintaan kepada keluarga. Harta tidak boleh menghancurkan silaturahim. Harta jangan membuat anak meninggalkan orangtuanya. Harta tidak boleh membuat kita menyembah dunia dan meninggalkan syariat Islam.

Manakala nafsu dunia begitu menggelora, segeralah hati dan bibir kita mengucap istighfar. Memohon ampun kepada Allah seraya menebalkan syukur, agar kehidupan menjadi indah tanpa harus berpatokan pada banyaknya uang yang kita punya.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur