KOMENTAR

MEMASUKI bulan Sya’ban, bulan kedelapan dalam kalender Komariah, yang artinya setelah bulan Sya’ban umat muslim seluruh dunia siap menyambut bulan suci Ramadhan 1440 H. Ustadz Adi Hidayat menjelaskan tentang banyaknya manfaat bulan Sya’ban.

Tersebut dalam hadits riwayat Aisyah radhiyallahu ta’ala ‘anha, beliau menyebutkan: “Saya tidak pernah menyaksikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunaikan puasa secara sempurna 30 hari, kecuali bulan Ramadhan. Dan saya tidak pernah menyaksikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperbanyak menunaikan puasa sunnah kecuali di bulan Sya’ban”.

Saat tiba bulan Sya’ban, Nabi meminta kepada para sahabat untuk membiasakan diri menunaikan puasa sunnah sebagai persiapan menghadapi puasa di bulan Ramadhan. Jika kita ingin menyiapkan puasa Ramadhan dengan baik, semangat beribadah, dan mengejar pintu surga-Nya, inilah ‘rumus’ yang diberikan Rasulullah.

  • Sebelum memasuki bulan Ramadhan, biasakan menunaikan puasa sunnah di bulan Sya’ban.

Apa pentingnya menunaikan puasa sunnah di bulan Sya’ban? Kata para ulama, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan bahwa salah satu tujuan puasa di bulan Sya’ban sebagai persiapan atau adaptasi menuju bulan Ramadhan. Karena, apabila orang tidak pernah puasa sebelumnya, apalagi puasa yang berturut-turut selama kurang lebih 30 hari, maka tubuh cenderung tidak siap untuk menunaikan puasa. Sehingga ketika masuk Ramadhan, lambat penyesuaiannya hingga berkurang amalannya. Berdasarkan keterangan medis, orang-orang yang terbiasa menyesuaikan diri dengan berpuasa, maka pergerakan tubuhnya akan menyesuaikan dengan pola makan dan minumnya. Jika tidak terbiasa puasa, kecenderungan tubuh akan lemas dan ujung-ujungnya akan memilih tidur dalam kesehariannya.

  • Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban untuk memberikan kesempatan kepada orang-orang yang baru baligh, baru memeluk Islam, dan baru mulai berpuasa, agar mereka memiliki kebiasaan yang kuat. Sehingga puasa sunnah di bulan Sya’ban berfungsi sebagai ajang latihan sebelum masuk ke bulan Ramadhan. Jadi, ketika kita ingin mengajarkan anak-anak berlatih puasa, jangan diajarkan saat Ramadhan tiba, terutama untuk anak-anak yang sudah baligh, ajarkan di bulan Sya’ban, sehingga ketika masuk Ramadhan, kondisi tubuhnya sudah siap.

Inilah tujuan Nabi mencontohkan kepada kita memperbanyak puasa di bulan Sya’ban sebelum datangnya bulan suci Ramadhan. Hal ini penting disampaikan, karena ada sebagian besar kita terbiasa menunaikan puasa di bulan Rajab tetapi lupa dengan puasa di bulan Sya’ban. Sehingga ketika banyak berpuasa sunnah di bulan Rajab, ditinggalkannya puasa sunnah Sya’ban, dan ketika Ramadhan tiba, tubuhnya kembali lagi pada kebiasaan semula dan tidak siap menghadapi puasa.

Menurut ustadz Adi Hidayat, menunaikan puasa sunnah di bulan Rajab, bagus, karena ada haditsnya, bahkan ada ayatnya di Al-Qur’an surat At-Taubah (9) ayat 36. Ada 4 bulan yang kita boleh puasa hurum, silahkan perbanyak. Dzulqaidah (bulan ke-11), Dzulhijjah (selama tidak berhaji) bulan ke-12, Muharram (bulan ke-1), dan bulan Rajab (bulan ke-7). Tapi ingat, ada puasa yang disunnahkan menjelang Ramadhan yaitu puasa Sya’ban. Inilah persiapan kita menuju bulan suci.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur