KOMENTAR

PASANGAN suami istri harus memahami apa dan mengapa harus dilakukan sterilisasi agar tidak menyesal di kemudian hari.

Pil, suntik, IUD, dan kondom, merupakan beberapa alat kontrasepsi yang bisa dipergunakan oleh pasangan suami istri dalam rangka mencegah kehamilan. Namun, apakah alat kontrasepsi MANTAP sudah familiar di telinga kita semua? Spesialis Obstetri & Ginekologi lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Nonny Nurul Handayani, Sp.OG, dari RSIA SamMarie Basra menjelaskan perihal sterilisasi.

Steril atau Sterilisasi merupakan salah satu alat kontrasepsi MANTAP. Ini merupakan metode kontrasepsi yang mantap dan permanen untuk perempuan maupun laki-laki. Untuk perempuan, metodenya disebut Medis Operatif Wanita (MOW) atau Tubektomi. Untuk laki-laki, disebut Medis Operatif Pria (MOP) atau Vasektomi. Inti sterilisasi adalah mencegah sperma dan sel telur bertemu agar tidak menyebabkan terjadinya pembuahan.

TUBEKTOMI

Tubektomi dilakukan pada kedua saluran telur (tuba fallopi) kiri dan kanan. Ada beberapa teknik yang digunakan, salah satunya dengan cara diikat, dipotong, kemudian dibakar, agar saluran telurnya tertutup rapat. Ada juga yang hanya diikat kemudian dijahit, lalu ada juga yang dijauhkan (direnggangkan).

Amankah Tubektomi?

Banyak orang bertanya apakah tubektomi akan memengaruhi hubungan seksual pasangan suami istri. Terkait pertanyaan tersebut, dr. Nonny menjelaskan sebenarnya prosedur tubektomi tidak berpengaruh terhadap hubungan seksual karena hanya salurannya saja yang ditutup, sedangkan indung telur tetap ada dan akan tetap melepaskan sel telur matang setiap bulan—yang kemudian akan diserap secara alami oleh tubuh.

Perempuan yang melakukan prosedur ini tetap mendapat menstruasi karena dinding rahim akan tetap menebal sebagai reaksi untuk mempersiapkan kehamilan. Penebalan itu terjadi karena hormon yang berasal dari indung telur dan organ lainnya.

dr. Nonny menambahkan bahwa tubektomi tidak akan memengaruhi fisik, produksi hormon, maupun gairah seksual perempuan, sehingga tidak akan mengganggu hubungan suami istri. Menstruasi berjalan tetap seperti biasa dan tubektomi tidak menyebabkan menopause dini. Pasca tubektomi, setelah luka sembuh, perempuan tetap dapat melakukan hubungan intim.

 

Tiga Metode Tubektomi

Berikut ini tiga jenis metode tubektomi:

  • Laparoskopi

Teknik melihat ke dalam perut tanpa melakukan pembedahan besar. Operatif dan mini invasif (dengan sayatan kecil), dengan memasukkan alat khusus yang disebut laparoskop. Bahkan, untuk sterilisasi bisa dengan satu lubang saja yang berukuran kira-kira 1 cm. Metode ini biasanya menggunakan semacam cincin yang berfungsi untuk menghimpit saluran tuba fallopi yang kelamaan akan membentuk jaringan parut (jaringan fibrotiks). Prosedur ini umumnya dilakukan di luar masa persalinan dengan pemulihan yang cepat.

  • Laparatomi

Dilakukan sayatan seperti operasi cesar, meskipun tidak selebar ukuran cesar, hanya mini laparatomi. Umumnya dilakukan berbarengan pada saat melakukan operasi sesar.

  • Implan

Dilakukan dengan cara memasukkan logam kecil ke tuba fallopi melalui vagina, yang akan mengiritasi dan membentuk jaringan parut di saluran tuba pallofi. Lama-kelamaan tuba fallopi akan tertutup. Namun metode ini masih jarang digunakan.

Untuk para suami, sterilisasi dikenal dengan istilah vasektomi. Merupakan prosedur bedah untuk memutus saluran benih sperma (vas deference Berdasarkan penelitian, vasektomi tidak akan berdampak pada kehidupan seksual laki-laki. Mereka masih bisa ereksi dan ejakulasi karena hormon kelaki-lakian masih tetap ada, seperti hormon testosteron dan hormon lainnya.

Namun, pasca vasektomi, seorang laki-laki membutuhkan waktu kira-kira 20 kali ejakulasi atau sekitar 3 bulan, sampai dinyatakan benar-benar bersih dari sperma. Dokter akan menyarankan penggunaan alat kontrasepsi lain jika ingin melakukan hubungan intim selama periode tersebut.

TINGKAT STERILISASI

Angka keberhasilan KB steril terbilang sangat besar. Tubektomi mampu mencegah kehamilan hingga 99,9%. Artinya dari 1000 perempuan yang menjalani prosedur ini, hanya ada 1 orang yang hamil.

Sementara untuk vasektomi, angka kegagalannya, dari 1000 orang ada 1,5 sampai 2 orang yang bisa tetap membuahi dikarenakan adanya sisa-sisa sperma yang masih tertinggal.

Bagaimanapun, memang tidak bisa 100% tidak terjadi kehamilan setelah melakukan prosedur tubektomi, kecuali kalau rahimnya diangkat, seperti pada pasien dengan kasus placenta accreta atau terjadinya perlekatan ari-ari pada rahim yang dapat membahayakan keselamatan sang ibu.

Untuk perempuan yang sudah melakukan prosedur pengangkatan rahim, ia tidak akan mendapat menstruasi lagi, tetapi tidak menopause dini, tidak menyebabkan kulit kering, cairan vagina masih tetap ada, karena indung telurnya tidak diangkat, sehingga tetap menghasilkan hormon kewanitaan.

STERILISASI, YES OR NO




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health