DIALAH perempuan pemberani pembela pasukan Islam. Di balik tubuh tegap dan kuat, sesungguhnya dia memiliki kelembutan dan budi bahasa yang sangat halus.
Putri salah satu kepala suku Bani Assad, Malik atau Tareq Bin Awse yang juga dikenal sebagai al-Azwar ini, sejak kecil sudah pandai memainkan pedang dan tombak. Mulanya ia selalu berada di barisan belakang karena tugasnya menyiapkan logistik pasukan dan mengobati yang terluka. Ia memberikan semangat kepada pasukan yang akan berperang. Suatu saat, Khaulah melihat pasukan Islam terdesak dan banyak yang gugur. Tidak ada pilihan lain, akhirnya ia ikut berperang membantu pasukan Islam.
Sejak itu Khaula menunjukkan keberanian dan semangatnya dalam berperang melawan musuh Allah. Ia selalu menggunakan penutup muka karena tidak ingin diketahui bahwa ia seorang perempuan. Kepahlawanan Khaulah juga terlihat ketika ia membebaskan saudara lelakinya, Dhihar bin Al-Azur, dari kaum kafir.
Keberanian Khaulah binti Azur telah merobohkan prajurit-prajurit Romawi dangan gagah berani. Ia sejajar dengan Khalid bin Walid, yang merupakan pahlawan Islam terbesar dan dikagumi.
Ketika pada suatu pertempuran berikutnya, Khaulah dan beberapa wanita tertawan.Dengan gagah berani, Khaulah berseru kepada Muslimah yang tertawan, “Wahai putri-putri Himyar, keturunan-keturunan Tuba. Apakah kalian rela terhadap orang-orang kafir yang akan menjamah kalian dan anak anak kalian dijadikan budak mereka? Lebih baik kita mati daripada menjadi budak hina dan pelayan Romawi!”
Khaulah dan perempuan lainnya kemudian mengambil tiang-tiang yang menjadi penyangga perkemahan Romawi dan menjadikannya sebagai senjata. Dengan keberanian, Khaulah dan para perempuan muslimah lainnya terbebas dari tawanan musuh.
Khaulah binti Azur wafat di akhir pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan. Ia meninggal di usia muda selama wabah di 639 AD, bersama dengan kakaknya Zarrar.
Bila Khalid bin Walid adalah “Pedang Allah” dari kalangan laki-laki, maka Khaulah binti Azur adalah “Pedang Allah” dari kalangan perempuan.
Banyak nama jalan-jalan dan sekolah di rumah tanah asalnya, Arab Saudi. Ia dihormati sebagai bagian dari “Perempuan Arab dalam Sejarah”. Banyak kota Arab memiliki sekolah dan lembaga membawa nama khaula Binti al-Azwar. Di Uni Emirat Arab , perguruan tinggi militer pertama bagi perempuan, diberi nama Khaulah binti Al Azwar Training College, juga salah satu untuk menghormatinya.
KOMENTAR ANDA