KOMENTAR

MODAL cinta saja ternyata hanyalah masa lalu. Saat ini, perempuan lebih cerdas dalam melihat sebuah hubungan. Laki-laki mapan, itulah yang dicari.

Walau tidak mau disebut sebagai perempuan matre, tapi nyatanya perempuan lebih memilih laki-laki mapan ketimbang hanya bermodal cinta belaka. Apalagi jika hubungan tersebut telah memasuki tahap serius dan berlanjut ke pernikahan.

Riset yang dilakukan oleh perusahaan biro jodoh professional asal Singapura, Lunch Actually, menunjukkan bahwa wanita Indonesia cenderung lebih menilai pria dari sisi materi. Kebanyakan wanita di Indonesia lebih memilih pria yang memiliki karir dan penghasilan yang mapan.

“Hal ini berbeda dengan wanita di negara-negara lain yang lebih tertarik kepada pria yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi,” ujar Violet Lim, dari Luch Actually. Lunch Actually melakukan penelitian  terhadap 1659 responden dengan komposisi 49,01 % wanita dan 50,99 % pria, dari empat negara Singapura, Malaysia, Hong Kong dan Indonesia. Sebanyak 74,08% pendidikan responden merupakan tingkat sarjana ke atas.

Kebutuhan materi memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan.  Menjalin hubungan dengan pasangan tentu ada rencana untuk menuju pernikahan. Dan untuk membina kehidupan rumah tangga, materi juga menjadi salah satu faktor pendukung yang tidak bisa diabaikan. Sudah banyak terjadi rumah tangga berantakan karna faktor ekonomi.

Ustadzah Hj. Ummu Mumtaza, Dewan Pengurus Ikatan Dai, Media Nusantara, MUI, mengatakan ini karena di Indonesia sudah banyak perempuan yang dizolimi, tidak diberikan haknya seperti nafkah lahir dan batin. Karena laki-lakinya tidak bekerja dan tidak mau bekerja sehingga serba kekurangan. Kondisi itulah yang akhirnya mendorong perempuan Indonesia memilih menikah dengan laki-laki mapan agar semua terpenuhi.

“Kalau dilihat dari kacamata Islam, memang ada hadis yang mengatakan bahwa janganlah seorang perempuan melihat pasangan dari harta karena harta akan habis. Jangan pula lihat dari keturunan,  dan janganlah lihat ketampanan atau kecantikannya, itu semua tidak ada yang abadi. Tapi pilihlah karena agamanya. Karena sebuah keluarga akan menjadi aman dan tentram jika kepala keluarga memiliki pemahaman agama yang baik,” tutur Ustadzah Hj. Ummu Mumtaza.

“Namun, beda halnya jika melihat dari segi dunia, seorang perempuan tidak apa melihat laki-laki dari materinya. Karena ketika mereka sudah menikah, seperti yang tertera pada surat An-Nisa : 19-21, laki-laki itu sudah milik istri dan anak-anaknya. Dan janganlah kau mengambil apa pun yang sudah diberi kepada istrimu.”

Ustadzah Hj. Ummu Mumtaza juga mengatakan, dalam surat Al-Baqoroh: 233,disebutkan bahwa perempuan harus diberikan pakaian dan makanan. Karena perempuan yang menyusui anak-anaknya dan lak-laki harus mengerti tentang hal itu. “Jadi menurut saya, kalau perempuan memilih laki-laki mapan itu adalah hal yang sah dan wajar. Tapi tetap yang paling utama adalah agama dan ketakwaannya, setelah itu baru materi. Sebetulnya tidak semua perempuan Indonesia melihat laki-laki hanya dari segi materi saja. Semua itu tergantung masing-masing orang  memaknakan pernikahan.”

 

Materialisme adalah sebuah pandangan atau cara yang dipertahankan seseorang untuk bertahan hidup. Sampai saat ini perempuan menganggap materi bisa memenuhi kebutuhan hidup seseorang. Membeli pakaian bagus, rumah bagus, mobil bagus, pakaian bagus, pesiar, dan kebutuhan hidup lainnya. Menikahi pria mapan adalah cara terbaik.

“Perempuan mencari laki-laki mapan adalah hal yang wajar. Hal ini disebabkan karena konteks sosial ekonomi,” ujar Dr. Winarini Wilman PhD, pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. “Mencari pekerjaan saat ini susah, apalagi gaya hidup menengah ke atas itu cukup tinggi. Kalau mereka tidak memiliki rasa keamanan dalam bidang financial itu susah. Banyak juga perempuan yang tetap berkarir saat setelah menikah untuk menopang kebutuhan ekonomi keluarganya dan membantu suaminya.”

Menikah dengan hanya bermodal cinta saja, rasanya sudah menjadi masa lalu. Perempuan tidak hanya membutuhkan cinta dan sayang. Jika situasi finansial atau keuangan baik dan stabil, kecil kemungkinan menemukan masalah dalam pernikahan.

“Karena laki-laki yang bertugas menafkahi keluarga. Perempuan akan merasa tenang kalau semua kebutuhan keluarga terpenuhi. Saya pasti akan memilih laki-laki yang sanggup menafkahi saya. Jadi, sebelum menikah, saya akan melihat dulu kemampuan calon suami saya. Takutnya, gara-gara masalah ekonomi rumah tangga kami berantakan,” tutur Putri, seorang karyawati swasta yang dimintai komennya.




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women