HAMPIR semua kakak beradik pernah bertengkar. Sejak mereka balita bahkan sampai mereka besar, perselisihan kakak dan adik kerap terjadi. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari berebut mainan, hingga perhatian kedua orangtuanya. Akur sebentar, lalu bertengkar. Ada yang terus-terusan bertengkar. Seringkali hubungan mereka diwarnai konflik dan rivalitas. Hati-hati, jika perselisihan mereka mulai kelewatan, bisa saja mulai ada unsur bullying di dalamnya.
Bullying tak hanya terjadi pada antar teman. “Untuk kasus saudara kandung, dalam istilah psikologi ada yang namanya siblings rivalry yaitu rasa bersaing antara adik-kakak, baik bersaing mendapatkan perhatian orangtua, saling bersaing adu prestasi atau kecemburuan yang dapat membuat konflik saudara kandung (bisa berujung kekerasan) terjadi," ungkap Psikolog Haryo Purnomo, lulusan Universitas Gunadarma.
Sama dengan bullying yang terjadi antarteman (peer bullying), bullying di antara kakak-adik (sibling bullying) melibatkan 3 aspek penting, yakni: kekuatan yang tidak seimbang (imbalance power), terjadi terus-menerus, dan ada intensi untuk melukai/menyakiti/merugikan.
Pelaku bullying biasanya tidak ingin orang dewasa memergoki mereka tengah melakukan aksinya, jadi mereka akan melakukannya diam-diam, karena biasanya mereka tahu apa yang mereka lakukan tidak benar. Untuk ini, sebagai orangtua Anda harus cermat mengamati segala tindak laku anak Anda terhadap saudara kandungnya. Lakukan pendekatan terhadap anak-anak Anda dan perhatikan
Ketika anak Anda suka merebut, memukul, atau seperti ‘menindas’ adiknya, maka sibling bullying itu mulai terjadi. Anak yang lebih besar menekan adiknya. Apalagi si ‘kakak’ mulai banyak tuntutan di sekolah seperti PR dan ulangan. Ketika melihat adiknya masih dimanja-manjakan dengan orangtuanya dia merasa tersaingi dan iri.
Hindari Siblings Bullying di rumah dengan menciptakan lingkungan rumah yang tenang, hangat, dan membangun hubungan yang positif dengan anak. Anak perlu merasa dicintai, didukung, dan didengarkan oleh orangtuanya. Ajari juga anak untuk membela diri dan menghargai diri sendiri. Belajar menangani konflik dan emosinya dengan lebih baik.
Lakukan kompetisi yang sehat dan tidak membanding-bandingkan anak yang satu dengan yang lainnya, karena hal ini dapat menaburkan benih-benih persaingan antar kakak-adik. Upayakan memperlakukan anak dengan adil sesuai dengan porsinya masing-masing, dan ajari anakmelampiaskan amarahnya dengan cara yang sehat. (F)
KOMENTAR ANDA