PERNAH melihat seseorang mengunyah es batu? Atau Anda sendiri kerap melakukannya?
Hati-hati, kegemaran mengunyah es batu terkait erat dengan kondisi kelainan yang disebut dengan Pagopaghia. Pagopaghia diambil dari bahasa Yunani yaitu pagos yang berarti beku dan phagō yang berarti memakan. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan mereka yang memiliki kelainan makan yang berhubungan dengan makanan dingin. Sebagai gangguan kejiwaan, Pagophagia merupakan bagian dari pica, yaitu gangguan psikologi untuk memakan substansi tidak bernutrisi.
Lalu dilihat dari kesehatan apakah ini berbahaya?
Anahad OConnor, kolumnis harian The New York Times, menulis sebuah artikel yang mengaitkan kebiasaan mengunyah es batu dengan anemia. Para peneliti sebenarnya tidak mendapatkan hasil yang penting tentang mengunyah es batu dengan anemia, tetapi beberapa di antara mereka mencurigai bahwa konsumsi es yang kompulsif yang disebut pagophagia tersebut meringankan peradangan di mulut disebabkan oleh kurangnya kadar zat besi dalam tubuh.
Pasien yang mengaku sering melakukan kebiasaan ini ternyata menunjukkan rendahnya kadar hemoglobin setelah dilakukan tes darah. Kondisi inilah yang dikaitkan dengan pagophagia tersebut, yang mengindikasikan kurangnya kadar zat besi dalam darah.
Efek lain dari kebiasan ini, adalah kerusakan gigi. Dr Igal Elyassi, ahli kosmetika gigi dan pemilik Wilshire Smile Studio Dental Group di Los Angeles menyebutkan bisa mengikis enamel gigi. Kerusakan itu akibat aktivitas gigi dalam upaya memecahkan substansi yang keras dalam waktu lama. Hal ini memberi pengaruh yang sama dengan kebiasaan orang menggeratakkan gigi saat tidur. Akibatnya, gigi yang terkena bisa menjadi lebih pendek. Atau, ketika Anda mengunyah es dalam jumlah banyak, bisa jadi seluruh gigi Anda bisa rontok.
KOMENTAR ANDA