ANDA tentunya kenal dan tahu obat antibiotik. Obat pembasmi mikroba ini sering digunakan sebagai andalan saat sakit. Antibiotik yang pertama kali ditemukan di dunia farmasi adalah penicillin. Seiring berkembangnya teknologi, akhirnya produk antibiotik telah banyak berkembang dan dipasarkan di era sekarang ini.
Belakangan obat antibiotik tidak lagi sebebas dulu peredarannya. Orang yang membutuhkan obat ini harus seijin atau dengan resep dokter. Antibiotik sendiri dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama golongan fungi/jamur, yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain.
Seberapa bahayakah jika obat ini terus dikonsumsi tanpa indikasi medis yang jelas?
Menurut KALCare, atingtic memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, atingtic haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi atingt tidak toksik untuk tuan rumahnya, dalam hal ini tubuh Anda.
Karena sifatnya yang hanya membasmi mikroba, atingtic tidak dapat digunakan untuk membasmi penyebab selain mikroba, seperti infeksi akibat jamur atau virus. Oleh sebab itu, penggunaan atingtic tidak boleh sembarangan.
Selain tidak akan memberikan manfaat pada penyakit yang bukan disebabkan oleh infeksi mikroba, penggunaan yang tidak rasional juga akan menyebabkan flora normal (mikroba ramah yang memang ada dalam tubuh) ikut hilang, dan menyebabkan ketidakseimbangan mikroba. Keadaan ini justru akan memudahkan timbulnya infeksi atau kelainan pada masa yang akan datang.
Penggunaan antibiotik secara terus menerus dan jangka panjang, akan menimbulkan efek samping yang berbahaya. Seperti gangguan pencernaan, gangguan fungsi jantung, munculnya efek resistensi, alergi, dan kekebalan tubuh yang terganggu.
KOMENTAR ANDA