KETIKA buah hati sering terkena demam berkepanjangan dan terus menerus, jangan menganggap remeh. Bisa jadi itu adalah salah satu awal penyakit autoimun. Demam yang berkepanjangan mungkin saja adalah yang biasa disebut dengan Demam Rematik. Demam Rematik ini adalah bagian dari jenis penyakit autoimun.
“Demam rematik adalah penyakit di mana jaringan ikat tubuh meradang. Hal ini diyakini karena keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus yang memicu demam rematik pada anak-anak,” jelas Dr Fransiska, SpA dari RSIA Buah Hati, Ciputat.
Anak mungkin mengalami gejala-gejala demam rematik sekitar 4-5 minggu setelah infeksi bakteri. Dalam kondisi demam, pembengkakan dan nyeri sendi adalah tanda-tanda umum dari kondisi ini. Komplikasi serius dari penyakit ini adalah peradangan lapisan aritmia, jantung dan penyakit jantung rematik.
Lalu apa sebenarnya penyakit autoimun?
Penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuh sendiri. Normalnya, sistem kekebalan tubuh menjaga tubuh dari serangan organisme asing, seperti bakteri atau virus.
Namun, pada seseorang yang menderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuhnya melihat sel tubuh yang sehat sebagai organisme asing. Sehingga sistem kekebalan tubuh akan melepaskan protein yang disebut autoantibodi untuk menyerang sel-sel tubuh yang sehat.
Sejauh ini penyebab penyakit autoimun masih belum diketahui. Dr Fransiska menyebutkan, “Penyebabnya tidak diketahui dengan pasti dan belum ada pengobatan yang lengkap untuk sebagian besar kondisi ini.”
Meski demikian, ada beberapa faktor yang memicu seseorang berisiko menderita penyakit autoimun.
“Faktor lingkungan antara lain adalah paparan bahan tertentu seperti merkuri, lalu kedua perubahan hormon. Beberapa penyakit autoimun sering kali menyerang perempuan pasca melahirkan. Hal ini menyebabkan hadirnya sebuah asumsi bahwa penyakit autoimun terkait dengan perubahan hormon, seperti saat hamil, melahirkan, atau menopause. Lalu Infeksi, Genetik atau keturunan,” terang Fransisca.
Meski penyakit autoimun masih belum diketahui penyebabnya, tetapi kita bisa mewaspadai diri sendiri dengan memerhatikan faktor risiko.
Jenis lain dari penyakit autoimun adalah Penyakit Celiac. Penyakit ini adalah penyakit autoimun yang menyerang anak-anak. Penyakit ini disebabkan karena konsumsi gluten yang memicu respon autoimun pada anak-anak.
Ditandai dengan adanya peradangan pada lapisan usus kecil. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan usus untuk menyerap nutrisi, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pertumbuhan anak dan mengakibatkan kekurangan gizi.
Dalam kasus yang parah, pertumbuhan anak akan terhambat, dan tulang bisa menjadi lemah.
Jenis autoimun yang juga banyak menyerang anak-anak adalah Lupus. Pada bayi yang baru lahir pun banyak dijumpai. Pada bayi baru lahir, kondisi ini secara medis disebut sebagai lupus neonatal.
Lupus eritematosus sistematik adalah bentuk paling umum dari kondisi ini yang dapat menyerang berbagai organ-organ vital, sendi, dan menyebabkan peradangan di berbagai bagian tubuh. Penyebab pasti dari penyakit ini tidak diketahui, tetapi diyakini bahwa faktor genetik atau faktor lingkungan mempunyai peran. Penggunaan obat tertentu juga dapat menyebabkan produksi autoantibodi.
“Gangguan autoimun pada umumnya tidak dapat disembuhkan, tetapi gejala yang menimbulkan penderitaan sebagian besar dapat dikendalikan dengan perawatan seperti obat anti-inflamasi – untuk mengurangi peradangan dan nyeri, obat untuk mengurangi peradangan dan menekan sistem imun, lalu ada terapi fisik untuk mendorong mobilitas, terapi sulih, misalnya, suntikan insulin dalam kasus diabetes mellitus,” tutup dr Fransiska.
Selain anak-anak, wanita lebih rentan terserang penyakit autoimun dibanding pria. Biasanya penyakit ini dimulai pada masa kehamilan.
KOMENTAR ANDA