DUNIA anak-anak terlihat menyenangkan. Mereka bebas bermain dan melakukan apa saja. Kita melihatnya seperti tak ada beban. Padahal, anak-anak juga sama seperti orang dewasa. Mereka memiliki persoalan dalam dunianya.
Apakah Anda tahu apa yang ada di dalam benak mereka?
Ketika anak ditegur guru karena berpakaian kurang rapih atau tidak mengerjakan PR atau nilainya jelek, mereka tidak berani mengadu pada Anda. Mereka memilih menyembunyikan kertas ulangan atau surat panggilan. Begitu juga ketika ia dibully teman tapi tidak berani melawan dan tidak mengadukannya kepada Anda.
Jangan dulu menyebut anak Anda sebagai anak yang tak disiplin atau nakal. Anak bisa saja tidak nyaman dan tidak berani untuk terbuka, bahkan dengan Anda sebagai orangtua.
Lalu bagaimana menyikapinya?
Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah menciptakan rutinitas seperti mengobrol sambil bermain dengan hewan peliharaan, atau saat sedang santai menonton tivi. Anda juga bisa mengejaknya menyiram bunga, atau membersihkan dapur sambil bertanya tentang kegiatannya di sekolah.
Psikolog anak, Dra. Yeti Widiati, mengatakan semua anak pada dasarnya terbuka dan jujur pada siapa pun. "Pada dasarnya anak itu terbuka dan apa adanya pada orangtua. Terutama saat balita sesudah ia bisa bicara ia akan banyak bertanya dan bercerita pada orangtuanya. Hal yang mempengaruhi apakah kecenderungan terbuka dan mau bercerita ini akan berkembang, bertahan, atau menghilang adalah bergantung dari bagaimana respon orangtua atau orang dewasa di sekeliling anak ketika anak bercerita. Apa pun ceritanya."
Coba Anda ingat-ingat lagi, kapan terakhir kali Anda berbincang santai dengan anak Anda? Atau kapan Anda pernah begitu sibuknya saat ia tengah bercerita? Tinggal segera gadget Anda ketika anak sedang berkeluh kesah atau menceritakan harinya di sekolah. Juga jangan mengatakan hal seperti ini, “Harusnya kamu gak boleh seperti itu”, atau “Kok ayam bisa terbang, aneh.” Kalimat-kalimat seperti itu membuat anak merasa tidak dipercaya. Apalagi jika Anda sampai berkata seperti ini, “Udah jangan ngomong melulu, Bunda pusing.” Atau “Main sana keluar daripada nanya melulu”, dan lain sebagainya.
Tunjukkan respon Anda pada ceritanya. Tunjukkan rasa ingin tahu dan kepedulian Anda dengan cara yang ringan dan mengalir. Juga jangan seperti harus tahu apa pun. “Oh ya, jadi gimana ceritanya kamu tadi di sekolah?” , “Trus, ayam yang terbang kemarin gimana kelanjutannya, Nak?”
Lalukan probing (menggali lebih jauh), misal “Coba Bunda pingin tau kelanjutan cerita yang kemarin kamu baca.” Atau “Coba ceritakan tentang buku ini.”
Antutiasme orangtua saat anak bercerita akan menumbuhkan rasa percaya diri dan sekaligus anak menjadi percaya kepada orangtuanya bahwa ia didengar, ia diperhatikan. Tertutup atau terbukanya anak, bisa diatur asalkan Anda sebagai orangtua mau lebih memahami bagaimana anak Anda.
"Bukan tentang normal atau tidak, tapi adalah logis dan bisa dipahami bila anak tidak terbuka, karena orangtua tidak berusaha untuk mendekatkan diri dan mendengar anak," jelas Dra Yeti.
KOMENTAR ANDA