ANDA akan melihat lampu-lampu bergelantungan di hampir semua masjid di Turki pada saat menjelang buka puasa. Setiap lampu memiliki bentuk yang unik seperti mawar, pesawat atau tulip. Setiap lampu yang tersusun itu berisikan pesan. Misalnya saja, “Jaga Anak Yatim” atau “Moralitas Dasar Agama”.
Lampu-lampu yang memesona itu merupakan bagian dari tradisi Mahya atau permainan lampu selama Ramadan di Turki. Tradisi ini ada di seluruh wilayah Istambul sejak era kekaisaran Ottoman. Tradisi Mahya tercatat sebagai warisan budaya yang menandai Turki sebagai Kota Budaya Eropa.
Menurut catatan sejarah, tradisi Mayha dimulai sejak pemerintahan Sultan Ahmad I (1603-1617). Sang raja membuat Mayha sebagai kejutan bagi muazin atau orang yang memanggil orang di waktu salat. Setelahnya, Ahmad I memerintahkan untuk memasang Mahya di mesjid-mesjid di seluruh kekuasaannya.
Lampu-lampu bercahaya itu memiliki makna kesalehan yang terbaca dari jarak jauh. Itu pesan untuk menghargai dan mengilhami umat melaksanakan puasa di siang hari. Untuk merangkai kalimat di 'angkasa', para pekerja harus bergelantungan di sepanjang balkon dan menara masjid.
Tradisi di Turki, berbuka puasa tanpa takjil. Mereka langsung menyantap makanan seperti layaknya makan malam. Diawali dengan sup dan roti, menu utama, menu penutup seperti baklava atau puding, buah-buahan dan tak lupa ditutup dengan tradisi minum teh yang tidak bisa lepas dari orang Turki.
KOMENTAR ANDA