SAYA mengagumi serta menghormati mahakarya kesusasteraan India seperti Mahabharata dan Ramayana sebagai sumber inspirasi bagi Wayang Purwa sebagai mahakarya kebudayaan Jawa dan Bali.
Tanpa mengurangi rasa kagum serta hormat terhadap Walmiki sebagai penggubah kisah Ramayana, saya pribadi sebagai penulis buku “Kelirumologi Genderisme” yang mendambakan kesetaraan gender, merasa terusik oleh episod fit and proper test menjelang akhir kisah Ramayana setelah kerajaan Alengkadiraja berhasil ditaklukkan oleh Rama dan laskar wanara di bawah pimpinan Anoman.
Meragukan
Sebuah episode Ramayana berkisah tentang bagaimana Rama meragukan kesucian dan kesetiaan Sinta yang cukup lama berada di dalam istana Alengkadiraja sebagai tawanan Rahwana.
Merasa berhak meragukan kesucian dan kesetiaan isterinya maka Rama merasa berhak memaksa Sinta untuk menempuh fit and proper test kesucian dan kesetiaan melalui tradisi pati obong.
Tanpa ragu Sinta meminta Laksmana menumpuk kayu bakar sebanyak mungkin kemudian Anoman membakar tumpukan kayu bakar itu sementara Sinta dengan gagah berani melompat ke dalam kobaran api yang sedang ganas menyala-nyala. Mendadak Dewa Brahma dan Dewa Agni turun ke bumi menyambar demi menyelamatkan Sinta sebagai bukti kesucian dan kesetiaan Sinta terhadap Rama.
Tidak Adil
Episode fit and proper test itu mungkin terkesan keren bagi kaum lelaki namun sebenarnya tidak adil terhadap kaum perempuan! Kenapa hanya Sinta yang harus membuktikan kesucian dan kesetiaan dirinya? Seharusnya agar adil, Rama juga harus membuktikan kesucian dan kesetiaan terhadap Sinta selama dirinya berperang melawan Rahmana yang menyandera Sinta.
Jika Rama berhak meragukan kesucian dan kesetiaan Sinta maka sebaliknya Sinta juga tidak kalah berhak meragukan kesucian dan kesetiaan Rama! Tidak ada yang tahu apa saja yang dilakukan Rama selama tidak didampingi Sinta!
Seharusnya Rama juga wajib menempuh fit and proper test melalui tradisi pati obong setara dengan Sinta. Hanya memang tidak ada jaminan bahwa akan ada dewa atau dewi yang sudi menyelamatkan Rama dari kobaran api yang sedang ganas menyala-nyala!
Penulis mendambakan kesetaraan gender
KOMENTAR ANDA