KOTA kecil Cape Town adalah Ibu Kota Afrika Selatan, di pinggir Samudra Atlantik, yang didirikan oleh bangsa Belanda pada tahun 1652. Di Cape Town ada sebuah kawasan indah bernama Bo Kaap yang merupakan perkampungan warga muslim. Hampir 90% warga Bo Kaap beragama Islam. Kota kecil ini ternyata ada hubungannya dengan Indonesia.
Islam di Afrika Selatan tak lepas dari sosok seorang ulama Islam asal Makassar, Syaikh Yusuf Al-Makassari. Tahun 1693, beliau diasingkan oleh Belanda ke Tanjung Harapan (Cape Town). Keberadaannya di kota pelabuhan itu menjadi jalan bersinarnya Islam di sana. Kampung tempat pengasingannya dinamai Kampung Makassar. Nelson Mandela, Bapak Bangsa Afrika Selatan, termasuk orang yang menaruh respek kepada tokoh ini. Ia menyebut Syeikh Yusuf sebagai salah satu pemberi inspirasi dalam perjuangan melawan sistem apartheid di negerinya. Tuan Guru juga mendirikan madrasah. Ini menjadi sekolah muslim pertama di Afrika Selatan. Sekolah ini sangat popular di kalangan budak dan komunitas warga kulit hitam nonbudak. Dari sanalah lahir ulama-ulama Afrika Selatan ketika itu seperti Abdul Bazier, Abdul Barrie, Achmad van Bengalen, dan Imam Hadjie. Murid Tuan Guru ketika itu mencapai 375 orang.
Sementara itu, masjid pertama yang dibangun di Cape Town adalah Masjid Owal (Awwal). Masjid ini dibangun oleh Abdullah Kadi Abdus Salam seorang pangeran dari kesultanan Tidore (Maluku Utara) yang diasingkan oleh Belanda. Abdullah Kadi Abdus Salam dikenal dengan sebutan Tuan Guru, yang menggambarkannya sebagai pengajar dan penyebar Islam di kalangan masyarakat Cape Town.
Nah, Muslim di sana terkait erat dengan Indonesia kan?
Masjid Owal mulai dibangun tahun 1794 hingga 1798 semasa pendudukan Inggris pertama kali di Cape Town. Sejak itu, Islam berkembang pesat dan menjadi agama utama . Masjid ini juga menjadi masjid pertama yang menjalankan tradisi muslim di Cape Town.Masjid ini sekaligus sebagai simbol pengakuan Islam serta eksistensi muslim di Afrika Selatan. Dari masjid ini pula ajaran madzhab Syafiiyah mulai disebarkan. Seperti halnya mayoritas muslim Indonesia, di Afrika Selatan pun mayoritas warga muslim mempraktikkan Islam sesuai madzhab imam Syafii.
Cape Town merupakan rumah bagi hampir setengah juta Muslim yang berasal dari beragam negara di Asia. Penduduk Bo-Kaap sebagian besar diciptakan oleh perkawinan antara budak dari selatan dan negara-negara Asia Tenggara, seperti orang dari India, Madagaskar, dan kelompok pribumi Afrika. Banyak wanita lokal masuk Islam untuk menikah dengan pria Muslim.
Nuansa Timur Tengah begitu kentara di sini. Kaum laki-laki di Kampung Bo-Kaap mengenakan baju gamis dan memelihara jenggot. Sementara kaum perempuannya mengenakan abaya dan memakai hijab atau burqa sebagai penutup wajah. Gaya berpakaian semacam ini mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bo Kaap memiliki makanan tradisional Afrika Selatan, yaitu bredie tomat, bobotie, sosaties, dan koeksisters yang berasal dari Cape Town. Masyarakat muslim di sana bisa mengontrol dan memaksa produsen makanan besar untuk memastikan bahwa produk mereka mencantumkan label halal yang dikeluarkan oleh majelis ulama setempat.
Umat Muslim di Cape Town menjalankan puasa selama 11 jam. Tradisi Ramadan di sana hampir mirip seperti di Jakarta, di mana ada saat-saat berbuka puasa bersama keluarga besar juga bagi remaja yang melakukan buka puasa bersama teman-temannya. Mereka saling menukar kue yang dibawanya.
KOMENTAR ANDA