SETIAP orang memanfaatkan keberadaan teknologi sebagai kebutuhan, termasuk kebutuhan untuk mendapatkan citra, eksistensi, dan pengakuan. Orang-orang berselfie dan memajangnya di media sosial sebenarnya adalah karena menginginkan pengakuan.
Menurut Dr. Mariann Hardey, seorang pengajar di Durham University dengan spesialisasi digital social media, selfie adalah salah satu revolusi bagaimana seorang manusia ingin diakui oleh orang lain dengan memajang atau sengaja memamerkan foto tersebut ke jejaring sosial atau media lainnya.
“Dengan memamerkan foto-foto selfie tersebut, maka orang yang bersangkutan ingin terlihat 'bernilai'. Lebih-lebih apabila ada yang berkomentar bagus tentang foto tersebut.”
Selfie memang mengasikkan. Saat ini berselfie telah menjadi candu. Banyak dari kita yang selalu melakukan selfie dalam setiap kesempatan, bahkan sampai mengganggu.
Seperti yang dikatakan oleh Tara De Thouars, BA, M.Psi, Psikolog yang banyak menangani dunia remaja. “Akan menjadi sebuah gangguan atau hal yang tidak baik, apabila itu dilakukan berlebihan.”
Menurut Tara, gangguan itu di antaranya, narsistik personality disorder, keyakinan yang salah tentang dirinya, merasa dirinya hebat, sangat ingin jadi pusat perhatian dan biasanya sangat sombong dan arogan. Atau dia mempunyai cara berpikir yang sangat obsesif artinya dia sangat terobsesi dengan melakukan selfie.
Bisakah selfie mengganggu emosi? Sangat bisa.
Seseorang memiliki kecenderungan bergantung pada komentar orang lain, sehingga dia sangat cemas menunggu komentar orang. “Giliran mendapat komentar, kita meluapkan ekspresi senang yang berlebih. Giliran mendapat komentar yang isinya menghujat, dia pun meluapkan ekspresi kecewanya dengan berlebih,” ujar Tara lagi.
Semoga hobi berselfie tidak sampai menjadi candu atau kecanduan. Pertama, kita harus peduli terhadap diri sendiri, bahwa kita punya value dengan atau tanpa selfie. Sehingga kita tidak akan addict selfie. Kedua, kontrol diri. Hindari melakukan selfie setiap saat, karena itu akan menjadi habit. Berselfie saat di lokasi yang sangat jarang dikunjungi atau bertemu idola, misalnya, itu wajar saja.
Ketiga, membatasi diri dari sosial media. Jangan bergantung dengan sosial media. Karena itu bukan satu-satunya sarana untuk kita berkomunikasi atau sarana untuk menaikkan kepercayaan diri. Apalagi kalau selfie dilakukan di tempat-tempat yang berbahaya hanya untuk eksis.
Mari jadikan selfie sebagai kegiatan yang normal dan menyenangkan.
KOMENTAR ANDA