SERINGKALI perempuan dapat memengaruhi hal-hal pemerintahan, begitu juga di masa Islam Abad Pertengahan. Shajar ad Durr adalah pahlawan wanita yang terkenal gagah berani, bagian dari dinasti Ayyubiyah.
Shajar mulanya seorang budak biasa yang berasal dari Turki. Dia digambarkan sebagai perempuan yang cantik memesona dan cerdas. Kecantikannya membuat As-Salih Ayyub, putra dari Kamil penguasa Dinasti Ayyubiah, terpesona dan membelinya sebagai budak. Setelah sekian lama menjadi selir kesayangan, Salih Ayyub pun menikahinya.
Shajar cukup berperan mendampingi suaminya. Dia ikut memberikan masukan dan dorongan pada setiap langkah yang diambil suaminya. Taktiknya begitu cerdas dan menguasai keadaan. Salih Ayyub semakin mengagumi dan memercayakan sesuatunya kepada Shajar.
Pada April 1249, As-Salih Ayyub mendengar Raja Louis IX dari Perancis telah mengumpulkan tentara-tentara salib di Siprus dan hendak melancarkan serangan melawan Mesir. Salih Ayyub ditangkap dan dipenjara. Dia dimasukkan ke dalam penjara di al-Karak di Yordania. Selama dalam penjara Shajar setia mendampingi suaminya.
As-Salih Ayyub akhirnya meninggal setelah bebas dari penjara. Ia meninggal pada 22 November 1249 setelah memerintah Mesir selama hampir 10 tahun. Meski kesedihan menerjangnya, Shajar mencoba tegar menerima kematian suaminya.
Kepergian suami membuat Shajar semakin bertekad untuk menaklukan Raja Louis. Shajar kemudian didaulat menjadi Ratu. Dalam kepemimpinannya, Shajar terkenal cekatan dan berani. Taktik dan strategi politiknya membawanya kepada kemenangan. Disebutkan bahwa Shajar unggul dalam peperangan terhadap perang salib juga sukses menangkap Raja Louis IX dari Perancis.
Dalam periode ini telah terukir dalam sejarah munculnya pahlawan wanita yang terkenal gagah berani yaitu Shajar al-dur yang juga merupakan keluarga dari dinasti Ayyubiyah. Ia memainkan peranan penting dalam persiapan mempertahankan Mesir Utara. Beliaulah ketua negara dan nama beliau disebutkan dalam khutbah, bahkan nama beliau ditatahkan dengan gelaran “Malikat al-Muslimin” (Ratu Muslimin). Nama Shajar juga dicetak dalam koin mata uang.
Sayangnya, walau bagaimanapun, ternyata sulit bagi masyarakat Islam kala itu menerima pemerintahan seorang perempuan. Shajar dianggap tak layak memimpin negara hanya karena statusnya yang perempuan. Banyak pihak yang berusaha menggulingkannya.
Posisi Shajar al-Durr sebagai Ratu dan sultan perempuan pun hanya bisa bersifat sementara. Doktrin politik Islam menyatakan bahwa penguasa Muslim, antara persyaratan lainnya, harus menjadi manusia tanpa cacat mental dan fisik.
Selain itu, karena perempuan dari strata atas masyarakat Timur Tengah dibatasi untuk di dalam ruangan dan Shajar al-Durr sehingga tidak bisa mengambil bagian dalam jalannya upacara jalan dan berbagai prosesi kesultanan.
Pada bulan Ogos 1250, Shajar al Durr menikah dengan panglima besar Izz al Din Aybak, sultan pertama Kerajaan Mamluk. Pernikahannya ini adalah cara agar Shajar bisa tetap menjalankan taktik dan strateginya untuk negara.
Ketika ia telah sah menjadi istri Aybak, meskipun suaminya yang memegang tahta, Shajar al-Durr tetap mengekalkan kuasaanya, bahkan memastikan bahwa dokumen-dokumen negara dimaterikan dengan kedua nama pemerintah tersebut, dan bukan hanya pada nama Aybak.
Sayangnya perselisihan rumah tangganya mulai terlihat di beberapa tahun setelah pernikahan. Rumah tangga yang tegang itu akhirnya membawa dampak pada kelangsungan kerajaan. Apalagi saat berita tentang Aybak yang telah menikah lagi membuat Shajar dibakar cemburu.
Shajar meninggal akibat penganiayaan yang dilakukan pasukan Aybak, setelah Shajar membunuh Aybak. Meskipun kepergiannya membawa kisah kelam, tetapi nama Shajar tetap harum dan dikenang sebagai perempuan pahlawan Islam. Nama Shajar juga diabadikan dalam koin mata uang Kairo saat itu.
Shajar al-Durr dimakamkan di kuburan yang tidak jauh dari Masjid Tulun yang merupakan permata Islam arsitektur penguburan. Di dalam makamnya ada mihrab (doa niche) dihiasi dengan mosaik dari "pohon kehidupan". Makan sederhana itu terletak di Kota Kuartal Kairo. (F)
KOMENTAR ANDA