DI dalam kisah Ramayana hadir seorang tokoh yang saya kagumi setara dengan Bisma Dewabrata di dalam kisah Mahabharata dan Sukrasana di dalam Wayang Purwa. Tokoh Ramayana yang saya kagumi itu adalah Kumbakarna.
Tidur
Kumbakarna adalah adik Rahwana yang juga berbentuk raksasa namun jauh lebih tinggi-besar ketimbang Rahwana. Sejak dilahirkan, Kumbakarna meski mengerikan bertubuh raksasa namun bersanubari lemah-lembut.
Kumbakarna tidak mau mengganggu, merugikan apalagi menyakiti siapa pun di alam semesta ini. Demi mengejawantahkan keinginan tidak menyakiti siapa pun itu, Kumbakarna memilih untuk tidur, tidur dan tidur lalu tidur demi menjauhkan diri dari kehidupan sosial yang penuh friksi dan konflik kepentingan sehingga seluruh mahluk hidup saling mencurigai, saling membenci, saling menyakiti bahkan saling membinasakan.
Hidangan
Setelah adik perempuan Rahwana, Sarpakanaka terbunuh oleh Laksmana serta Indrajit sebagai putra mahkota Rahwana juga gugur di medan perang melawan Rama. Sementara adik bungsu Rahwana, Wibisana malah bergabung ke Rama, maka dalam suasana sarat duka serta kecewa Rahwana mendatangi Kumbakarna yang sedang nyenyak tidur.
Rahwana membangunkan Kumbakarna dari tidur berkelanjutannya kemudian menghidangkan makanan kesukaan Kumbakarna mulai dari nasi goreng, gado-gado, sate kambing, salmon teriyaki, bulgogi, pizza napoletana sampai schnitzel cordon bleue secara berlimpah ruah.
Terbangun dari hibernasi, Kumbakarna langsung melahap habis seluruh hidangan lezat yang disajikan dengan nafsu makan yang menggelora. Setelah seluruh makanan termakan, Kumbakarna bertanya kenapa Rahwana berbaik hati memberi makanan sedemikian lezat dan berlimpah.
Pamrih
Kumbakarna yakin Rahwana pasti punya pamrih. Benar saja, Rahwana langsung minta Kumbakarna untuk maju ke medan perang melawan agresi Rama beserta laksar wanara di bawah pimpinan Anoman. Kumbakarna tegas menolak karena tahu bahwa Rahwana adalah pihak yang bersalah.
Rahwana terkejut ditolak adiknya maka mencacimaki Kumbakarna tidak tahu budi sebab mau makan makanan yang disediakan Rahwana namun tidak mau membela Rahwana.
Dituduh tidak tahu budi, Kumbakarna langsung memuntahkan kembali seluruh hidangan yang dihidangkan Rahwana dalam keadaan utuh seperti semula sebelum dilahap sebagai bukti bahwa Kumbakarna tidak berutang apa pun terhadap Rahwana.
Rahwana terkejut lalu entah pura-pura atau sungguhan menangis tersedu-sedu akibat kecewa permintaan bela negara ditolak adik kandungnya sendiri setelah adik kandung lainnya tewas dan adik kandung satunya lagi menyeberang ke kubu musuh.
Bela Negara
Kumbakarna tersenyum kemudian menyatakan kepada Rahwana bahwa walau pun sadar bahwa kakaknya bersalah namun dirinya siap maju tak gentar maju ke medan perang melawan musuh negara dengan berbekal keyakinan “Right Or Wrong My Country!”
Kumbakarna bukan bela kakak namun bela negara! Kumbakarna kemudian maju ke medan perang, bertempur melawan laskar wanara di bawah pimpinan Anoman.
Kumbakarna mustahil dikalahkan akibat memang luar biasa sakti mandraguna. Namun akhirnya Kumbakarna perlaya oleh panah pusaka Rama yang memperoleh bocoran rahasia dari Wibisana mengenai di mana letak titik kelemahan untuk membinasakan Kumbakarna.
Kesetiaan serta pengorbanan tanpa pamrih sampai titik darah penghabisan Kumbakarna kepada negaranya layak menjadi inspirasi semangat pengabdian para Abdi Negara Republik Indonesia yang siap tulus ikhlas berkorban tanpa pamrih bagi bukan diri sendiri namun bagi negara, bangsa dan rakyat Indonesia.
Padamu negeri kami berjanji. Padamu negeri kami berbakti. Padamu negeri kami mengabdi. Bagimu negeri jiwa raga kami. MERDEKA!
Penulis adalah pembelajar falsafah pengorbanan tampa pamrih
KOMENTAR ANDA