MEMASUKI bulan Syawal, beragam tradisi banyak ditemui di Banyuwangi. Salah satunya, ritual Seblang Olehsari yang digelar di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah Banyuwangi selama tujuh hari berturut-turut sebagai bentuk ritual keselamatan desa.
Ritual adat ini menjadi atraksi yang menarik wisatawan. Ratusan orang datang menyaksikan seorang penari dalam kondisi trance (kerasukan) di atas panggung bundar yang diiringi gending khas seblang. Gerakan ritmis penari yang memakai omprok (mahkota) daun pisang menambah keelokan tarian ini.
“Seru atraksi ini, penarinya trance dengan gerakan berputar tetap. Asyik juga tadi diajak menari karena diberi sampur (selendang) sama penarinya,” ujar Kabul Basuki, aktor dan pelawak senior yang biasa dikenal dengan nama Tessy usai menonton atraksi ini, dalam keterangan yang diterima redaksi.
Tessy mengaku tengah mengunjungi kerabatnya di Banyuwangi dan berusaha menyempatkan diri untuk menonton seni dan budaya Banyuwangi, Seblang salah satunya.
Tradisi Seblang yang digelar setiap awal bulan Syawal, biasanya dimulai sejak 3 Syawal, dipercaya bisa menghilangkan mara bahaya dan pagebluk. Kali ini Seblang telah dimulai sejak Jumat (7/6).
Penari Seblang harus gadis muda, seorang perempuan yang ditunjuk leluhur melalui mediasi. Seblang akan menari-nari dengan mata tertutup selama 7 hari berturut-turut, yang biasanya dimulai pukul 14.00 hingga menjelang Maghrib.
Untuk tahun ini, sang penari Seblang adalah Susi Susanti (17) warga setempat. Bocah tersebut melakoni peran Seblang selama dua tahun berturut-turut. Susi adalah generasi ke 29 dimana penarinya sama dengan tahun sebelumnya.
Secara terpisah, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan bahwa Seblang Olehsari adalah salah satu event dalam agenda wisata Banyuwangi Festival.
“Ini adalah salah satu bentuk komitmen pemkab menjaga keberlangsungan tradisi dan adat warga lokal Banyuwangi. Kami tidak ingin, adat dan tradisi yang telah hidup sejak puluhan tahun silam menghilang seiring perkembangan jaman. Untuk itu, kami pentaskan dan kami gelar secara rutin sebagai upaya memghidupkan tradisi ini di generasi mendatang,” kata Anas, Minggu (9/6).
Ketua Adat Desa Olehsari Ansori (52) mengatakan Ritual Seblang diawali dengan selamatan di empat titik, dua di antaranya makam sesepuh desa setempat, Ki Buyut Ketut dan Ki Buyut Cili. Ritual Puncak adalah menggiring penari ke arena Seblang, letaknya di pusat desa.
Dengan alunan gamelan khas, penari menari berkeliling arena berbentuk bulat. Dua orang pengiring ikut mendampingi penari. Selama menari, puluhan gending khusus berbahasa Using dilantunkan oleh para ibu-ibu.
“Ini sudah tradisi turun-temurun. Konon sudah dimulai sejak tahun 1930-an,” kata Ansori.
Ansori menjelaskan, Seblang berarti menghilangkan pengaruh buruk. Karena itu gaya tarian ini membuang tangan ke kanan atau ke kiri.
“Seblang ini kalau ikut bahasa Using singkatan dari Sebele Ilang (hilang sialnya-red). Jadi, biar semua hal yang tidak menyenangkan seperti penyakit dan bala-bala lain yang tidak menyenangkan ini hilang, dan berharap kemakmuran,” ujar Anshori.
Di akhir tarian nanti, Seblang akan membagikan bunga yang ditancapkan pada lidi yang biasa disebut dengan Kembang Dermo, yang konon bisa mendatangkan kemakmuran bagi yang memilikinya. Di hari terakhir, Seblang akan ditutup dengan prosesi Ider Bumi, bersih desa.
KOMENTAR ANDA