INDONESIA menjadi negara dengan jumlah jemaah terbesar di dunia. Apalagi di tahun 2019 ini terdapat penambahan kuota haji sebanyak 10 ribu jemaah. Total untuk tahun 2019, Indonesia bakal memberangkatkan 231.000 jemaah.
Hal ini tentu menjadi tantangan bagi pemerintah. Seiring meningkatnya jumlah jemaah haji, maka semakin tinggi pula resikonya.
Pelayanan kesehatan haji harus semakin dibenahi dan ditingkatkan agar jauh lebih baik lagi. Mengngat beragamnya latar belakang pendidikan, etnis dan sosial budaya serta kondisi fisik, termasuk pada saat penerbangan menuju Arab Saudi.
Kondisi lingkungan di Arab Saudi yang berbeda dengan kondisi di tanah air seperti perbedaan musim, kelembaban udara yang rendah, perbedaan lingkungan sosial budaya, keterbatasan waktu perjalanan ibadah haji dan kepadatan populasi jemaah haji pada saat wukuf di Arafah maupun melontar jumrah di Mina, dapat berdampak terhadap kesehatan jemaah haji.
''Selama penerbangan kondisi lingkungan udara berbeda dengan kondisi lingkungan daratan. Bertambahnya ketinggian dan berkurangnya kadar oksigen dan dapat menyebabkan sakit atau rasa tidak nyaman pada tubuh jemaah selama perjalanan seperti gangguan pernapasan, Deep Vein Thrombosis, dehidrasi, jet lag, dan mabuk udara,'' kata Menkes Nila Moeloek, pada Seminar Pelayanan Kesehatan Haji, Rabu (12/6) di Jakarta.
Data tahun 2018, sebanyak 2.366 jemaah haji mengalami sakit saat tiba di Arab Saudi dan beberapa di antaranya dirujuk ke Rumah Sakit Arab Saudi. Demikian pula pada masa pemulangan, faktor kondisi lingkungan di pesawat menjadi pertimbangan pemulangan jemaah haji sakit.
Hal ini terlihat pada tahun 2018 sebanyak 54 jemaah haji masih tertinggal di Rumah Sakit Arab Saudi pasca operasional karena kondisi kesehatan yang belum laik terbang.
Menkes berharap pelayanan kesehatan penerbangan haji tahun ini dapat berjalan lebih baik. Para petugas Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) diharapkan akan mampu untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal baik sebelum keberangkatan, selama penerbangan, saat di Arab maupun setelah kembali ke Tanah Air.
Saat ini jumlah TKHI sebanyak 1.521 orang dan 306 Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bidang kesehatan. Dengan adanya rencana penambahan 10 ribu kuota haji niscaya akan membutuhkan penambahan personil.
Mereka diharapkan dapat melakukan sosialisasi dalam bentuk promotif dan preventif kepada jemaah di tingkat kabupaten/kota pada tahap awal dan selama masa tunggu.
Diharapkan jemaah mendapatkan konseling kesehatan untuk mengendalikan faktor risiko kesehatan berdasarkan hasil pemeriksaan di tanah air maupun di tanah suci.
KOMENTAR ANDA