MISI kebudayaan dari tiga kampus di Provinsia Fujian, Republik Rakyat China (RRC), sedang berkunjung ke Jakarta atas undangan The London School of Public Relations (LSPR) Jakarta.
Dalam upacara penyambutan yang diselenggarakan di Auditorium Prof. Dr. Djayusman di kampus LSPR, di Sudirman Park, Jakarta, Senin (17/6) delegasi kebudayaan China tersebut menampilkan sejumlah kegiatan.
Mulai dari seni beladiri dan pernafasan Tai Chi, seni merangkai bunga, seni minum teh dan seni pengharum ruangan.
Ketiga kampus dan Provinsi Fujien yang mengirimkan misi kebudayaan itu adalah Renmin University, Minnan Normal University, dan Quemoy University.
Dalam sambutannya, pendiri dan Direktur LSPR Prita Kemal Gani mengatakan, kunjungan misi kebudayaan China ini penting untuk meningkatkan dan memperkuat saling pengertian di antara kedua bangsa.
"Di dalam bahasa Indonesia ada istilah: tak kenal maka tak sayang," ujar Prita.
Dia menambahkan bahwa program berjudul "Chinese Folk Culture Tour to ASEAN" ini merupakan salah satu bagian dari pekerjaan besar yang melibatkan KBRI Beijing dan China Mission to ASEAN.
Sementara Minister Counsellor Misi China untuk ASEAN, Jiang Qin, mengatakan kegiatan ini bermakna luas untuk meningkatkan kerjasama kedua negara dan memperkuat hubungan China dan ASEAN.
Jiang Qin juga berterima kasih pada kepedulian LSPR menyambungkan silaturahmi kedua bangsa.
Dalam kegiatan itu, Klub Pencak Silat LSPR menampilkan kebolehan mereka mengolah gerak dan tenaga dalam. Atraksi mahasiswa-mahasiswa ini mendapat sambutan yang sangat meriah. Apalagi saat dua orang mematahkan besi menggunakan tangan dan dahi.
Dosen LSPR Rudi Iskandar yang menjadi pembicara dalam sesi diskusi membuka hubungan lama kedua bangsa. Ia mengatakan, banyak aspek kehidupan bangsa Indonesia yang dipengaruhi oleh budaya China.
Dia mencontohkan berbagai jenis makanan, sampai fashion.
Rudi juga menceritakan kehadiran armada China yang dipimpin Admiral Cheng Ho atau Zheng He pada pertengahan abad ke-15.
Cheng Ho dikenal beragama Islam. Itu sebabnya ada belasan masjid di Indonesia yang didedikasikan untuknya.
Selain itu Rudi Iskandar juga menjelaskan pendirian Republik Lanfang oleh tokoh China, Luo Fangbo, pada paruh kedua abad ke-18 hingga 1884. Republik ini didirikan di Pulau Kalimantan, tepatnya di Kalimantam Barat.
Hal lain yang disampaikan Rudi Iskandar adalah kehadiran aktor keturunan China, Tan Tjeng Bok, dalam industri film nasional beberapa dekade lalu.
Rudi memperlihatkan poster salah satu film yang diperankan Tan Tjeng Bok bersama Benyamin S yang berjudul "Drakula Mantu".
KOMENTAR ANDA