Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid membuka Festival Bedhayan 2019.
Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid membuka Festival Bedhayan 2019.
KOMENTAR

GEDUNG Kesenian Jakarta (GKJ), di Pasar Baru, Jakarta, kembali dipilih menjadi tempat Festival Bedhayan.

Penyelenggara festival juga masih sama, yakni Jaya Suprana School of Performing Arts dan Yayasan Swargaloka, serta Laskar Indonesia Pusaka. Juga seperti sebelumnya,
Festival Bedhayan 2019 didukung oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Sumber Tari Bedhoyo itu adalah Bedhoyo Ketawan yang ditarikan dengan maju dan mundur. Ini tarian khusus yang ditarikan dalam upacara kenaikan tahta raja di Keraton Surakarta sebagai kelanjutan Mataram," ujar Dra. G.R.Ay Koes Murtiyah memberikan penjelasan dalam jumpa pers di GKJ, Sabtu (22/6).

Gusti Moeng, begitu ia biasa disapa, adalah anak dari Raden Mas Suryaguritna.

Ayahnya dinobatkan sebagai putra mahkota Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan gelar Pangeran Adipati Aryo Hamengkunegoro Sudibya Rajaputra Narendra Mataram sebelum dilantik menjadi Sri Susuhunan Pakubuwana XII.

Selain sebagai putri raja, Gusti Moeng pernah menjadi anggota DPR RI dari Partai Demokrat pada periode 2004-2009.

Menurut Gusti Moeng, awalnya tidak sembarangan orang bisa menarikan Tari Bedhaya. Di masa lalu, penari tarian ini adalah kalangan keraton yang sejak kecil sudah dididik di istana.

"Bedhaya ditarikan para penari yang memang sejak kecil berada di dalam wilayah Keraton, baik sebagai abdi dalam atau abdi atau keponakan atau masih kerabat istri-istri raja yang bukan permasuri," kata dia lagi.

Namun seiring perkembangan jaman tarian ini sudah dimodifikasi untuk dapat dinikmati khayalak umum dan diubah menjadi Bedhayan atau Bedhaya-Bedhayaan.

Lewat Festival Bedhayan ini, masih menurut Gusti Moeng, pihaknya inginmemperkenalkan Tari Bedhaya kepada seluruh masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab mereka dalam melestarikan budaya nasional.

Tahun ini Festival Bedhayan diikuti 14 sanggar tari, yakni Jaya Suprana School of Performing Arts, Nur Sekar Kinanti, Puspo Budoyo, Swargaloka, Gending Enem I, Gending Enem II, Panji Wiratama, Arkamaya Sukma, Sampan Bujana Sentra, Ary Suta Center, GAIA Indonesia Culture Society, Omah Wulangreh, dan Smile Motivator.

Selain G.R.Ay Koes Murtiyah, dua penilai lain dalam festival ini adalah
KP Sulistyo Tirtokusumo dan Wahyu Santoso Prabowo.

Bukan Hanya Dilestarikan

Budayawan Jaya Suprana dalam sambutannya mengatakan, Festival Bedhayan 2019 ini adalah wujud komitmen mereka untuk mengembangkan budaya bangsa.

“Ini bukan hanya dilestarikan. Kalau dilestarikan tempatnya di museum. Tetapi di panggung pergelaran seperti di panggung Gedung Kesenian Jakarta ini kebudayaan tidak dilestarikan tetapi di dikembangkan,” ujar Jaya Suprana.

“Dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman yang senantiasa berubah sehingga lahirlah mahakarya-maha karya baru,” sambungnya.

Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid yang membuka secara resmi Festival Bedhayan mengatakan bahwa semangat yang dimiliki penyelenggara Festival Bedhayan 2019 sejalan dengan semangat pemerintah dalam mengembangkan kebudayaan nasional.

Festival Bedhayan dihadiri oleh banyak tokoh nasional termasuk korps dipolmatik.




Catatan Akhir Tahun Paramadina x INDEF: Pentingnya Pertumbuhan Ekonomi yang Konsisten untuk Menjadikan Indonesia Negara Berpenghasilan Tinggi

Sebelumnya

Bank Mega Syariah Salurkan Rp170 Miliar untuk Pengadaan Trainset KRL oleh INKA

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel C&E