FESTIVAL Bedhayan 2019 yang digelar di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Pasar Baru, Jakarta, Sabtu (22/6) menyisakan satu kisah haru.
Tak banyak yang menyadari bahwa ketujuh penari yang sedang melenggak-lenggok bagai dewi di atas panggung itu sama sekali tak mendengar alunan musik yang mengiri Bedhayan Rancaekek yang sedang mereka tarikan.
Mereka bagai tujuh dewi yang menari di alam sunyi.
Tarian mereka menggambarkan putri-putri keraton yang sedang menari di pendopo menyambut kehadiran para bangsawan.
Ketujuh penari dari Sangar Tari Smile Motivator itu menjadi peserta ketiga yang tampil di arena Festival Bedhayan 2019. Mereka bertujuh adalah Nita Ariani Junita, Syahila Nuraina, Zahrah Luthfi Khalifah, Lutfia Ulfi Suntara, Safaloui Zayyan Nasywa, dan Reni Siti Juliani.
Hampir tak ada yang tampak janggal. Gerakan mereka tampak wajar. Alunan musik yang mengiringi pun terdengar seperti biasa.
Satu-satunya yang berbeda adalah kehadiran penata tari, Ibu Eneng, yang berdiri di depan panggung memberikan isyarat tangan kepada para penari.
Di tengah-tengah tarian, alunan musik mendadak hilang dari pendengaran penonton. Sementara Ibu Eneng tetap memberikan isyarat tangan, dan ketujuh penari tetap melenggak-lenggok di atas panggung.
Itulah saat dimana semua yang menyaksikan penampilan mereka sadar bahwa alunan musik yang mengiringi Bedhayan Rancaekek itu ternyata bukan untuk para penari, melainkan untuk mereka yang menonton.
Usai ketujuh penari membawakan Bedhayan Rancaekek, budayawan Jaya Suprana yang merupakan salah seorang penggagas festival kembali memanggil mereka untuk tampil ke atas panggung.
Penonton menyambut dengan standing ovation, lalu diganti gerak isyarat tangan yang menggambarkan tepuk tangan yang meriah.
Jaya Suprana tampaknya ingin memberikan apresiasi khusus kepada ketujuh penari. Namun keinginan itu diurungkannya. Suaranya terdengar berat oleh rasa haru yang mencekat.
“Saya tak bisa lagi berkata-kata,” ujarnya dalam nada haru yang sedemikian rupa. Lalu ikut menghilang ke belakang panggung bersama ketujuh penari.
Menari di Alam Sunyi
Saat membuka acara, Jaya Suprana telah menyampaikan kepada penonton bahwa salah satu peserta Festival Bedhayan 2019 adalah kelompok penari penyandang tuna rungu. Para penari ini bagai menari di alam sunyi, katanya.
Inilah penjelasan Jaya Suprana mengenai penari Smile Motivator yang bagai para dewi menari di alam sunyi:
"Tanpa mengecilkan semua peserta, hari ini ada pula peserta yang menyadarkan kita bahwa masih ada alam yang berbeda dengan alam yang kita alami bersama.
Kita semua memiliki indera dengar. Sehingga kita sudah terbiasa dengan alam suara. Anda bisa mendengarkan saya bicara ini.
Tapi masih ada alam lainnya, yaitu alam sunyi. Alam hening. Alam tanpa suara.
Dan hari ini, teman-teman kita dari Bandung, yang kebetulan penyandang tuna rungu, akan mengajak kita semua masuk ke dalam alam visual, alam gerak, tetapi tanpa suara. Karena beliau-beliau tidak memiliki daya indera dengar.
Ini suatu yang luar biasa sekali. Menurut saya, teman-teman kita dari Bandung ini nanti menyadarkan kita semua, bahwa mahkota dari apapun di planet bumi ini, bahkan di alam semesta ini, termasuk kebudayaan, keseniaan, adalah kemanusiaan.
KOMENTAR ANDA