NASKAH "Fit And Proper Test" (Kantor Berita RMOL pada 12 Mei 2019) tentang nasib naas Shinta dipaksa Rama menempuh ujian bakar-diri demi membuktikan kesucian diri memperoleh tanggapan positif dari kaum feminis namun sebaliknya negatif dari kaum maskulinis.
Misalnya sastrawan pendiri Institut Humor Indonesia Kini (IHIK) merangkap guru Kejawen saya, Darminto M. Sudarmo menafsirkan ketidakadilan terhadap kaum perempuan di dalam lelakon Ramayana sebagai suatu kewajaran dampak mashab yang dianut masyarakat patriarkalis.
Namun ada pula yang justru menerawang kisah Ramayana dengan lensa kritis fokus pada sikap Rama yang terkesan arogan plus paranoid.
Tiga Fakta
Pada hakikatnya Rama memang seorang lelaki yang arogan plus paranoid maka merasa berhak secara sepihak bersikap sewenang-wenang mencurigai kesucian dan kesetiaan isterinya sehingga tega hati memaksa Shinta membuktikan kesucian dan kesetiaan dirinya melalui fit and proper test pati obong.
Setelah Shinta lulus fit and proper test terjun ke kobaran api serta merta terbukti sekaligus tiga fakta.
Pertama terbukti Shinta tetap suci dan setia meski sekian lama menjadi tawanan Rahwana di kerajaan Alengka. Kedua terbukti bahwa arogansi serta paranoida Rama mencurigai isterinya total keliru. Ketiga Rahwana justru memiliki karakter kesatriaan sejati yang adiluhur sebab terbukti tidak memanfaatkan kekuasaan mau pun kesempatan untuk memperkosa Shinta padahal kalau mau pasti Rahwana bisa melakukannya.
Protagonis-Antagonis
Dengan tiga fakta itu maka seharusnya para penyimak kisah Ramayana gubahan Walmiki lebih menghormati dan menghargai sikap kesatria Rahwana yang terbukti tidak memanfaatkan kesempatan untuk memperkosa Shinta selama berada di bawah kekuasaannya. Rahwana nyaya-nyata lebih bersikap gentleman ketimbang Rama yang bersikap arogan dan paranoid terhadap Shinta.
Pada hakikatnya tafsir pro Rahwana tersebut searah dengan kisah Ramayana versi Srilanka (sebagai nama masa kini untuk Alengka) yang bertolak-belakang dengan versi India sehingga memposisikan Rahwana sebagai tokoh protagonist alias baik sementara Rama sebagai tokoh antagonis alias jahat.
Penulis adalah pembelajar genderisme dan relativitas kebenaran.
KOMENTAR ANDA