Bayi Hope dan kakaknya, Aftab. Foto: RMOL, Khairul Fajri
Bayi Hope dan kakaknya, Aftab. Foto: RMOL, Khairul Fajri
KOMENTAR

NAMA yang diberikan kedua orang tuanya adalah Arzo Zahara. Bayi perempuan ini lahir sebulan lalu di RS Tarakan, Jalan Kiai Caringin, Gambir, Jakarta Pusat.

Kini ia dipanggil dengan nama sapaan Hope. Artinya, Harapan.

Hanya sebentar berada di rumah sakit, kini ia bersama ayah, ibu, dan kakak-kakaknya, juga ratusan pengungsi lainnya, menempati trotoar di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Di depan Masjid Ar Rayyan, Kementerian BUMN, di seberang Gedung Ravindo, tempat Komisi Tinggi untuk Pengungsi PBB (UNHCR) berkantor.

Kulit di sekujur tubuhnya masih merah. Ia terjaga di dalam “istananya”, sebuah kelambu merah muda yang beberapa sudutnya mulai tampak menghitam, oleh debu dan jelaga yang menghampiri di trotoar itu sepanjang hari.

Hope menjadi satu-satunya bayi mungil yang mengungsi di jalan itu. Selain dia ada belasan atau mungkin puluhan anak-anak kecil yang ikut mengungsi dan tinggal di trotorat Jalan Kebon Sirih bersama orangtua mereka.

Mereka seakan tidak atau setidaknya belum mengerti kesulitan yang dihadapi orang tua mereka: melarikan diri dari kampung halaman, dari negeri tercinta, untuk menghindari konflik, perang, dan penderitaan.

Berharap mendapatkan kehidupan yang lebih baik di tanah orang. Tetapi apa daya, di tanah pengungsian mereka hidup terlunta-lunta.

Sebagian pengungsi sebelumnya tinggal di penampungan di Cisarua, Bogor. Sebagian lainnya selama bertahun-tahun tinggal di trotoar di depan Kantor Imigrasi di Kalideres, Jakarta Barat.

Ayah Hope bernama Assif, kini berusia 44 tahun. Dan ibunya, Massoma yang kini berusia 31 tahun. Kedua kakak laki-lakinya adalah Waqar (7) dan Aftab (3). Hope dan kelurganya mendapat tempat di halte bis yang berada persis di seberang Masjid Ar Rayyan.

 

Dalam catatan Pemprov DKI Jakarta, sampai Rabu siang (10/7) ada 260 pengungsi yang berkumpul di tempat itu. Para pengungsi berasal dari beberapa negara. Rombongan terbesar adalah dari Afghanistan. Lalu Somalia, Sudan, Pakistan dan Palestina.

Ibu Hope, Massoma, tak banyak bicara. Ia berhati-hati, atau barangkali malu untuk terlibat pembicaraan dengan “orang asing”. Seringkali ia menutupi wajahnya yang ayu dengan kerudung oanjang. Sesekali juga Massoma menutupi Hope ketika menyusuinya.

Adalah Waqar, anak sulung Massoma, yang aktif berbicara. Dia menceritakan banyak hal, mulai dari ayahnya yang sedang berkeliling di kawasan Jalan Kebon Sirih untuk mencari bantuan bagi keluarga mereka. Ayahnya juga sedang bersiap-siap apabila masuk dalam daftar yang akan dipindahkan ke penampungan.

Namun sejauh ini, UNHCR dan Pemprov DKI belum punya rencana konkret mengenai pemindahan para pengungsi ke tempat lain, ke penampungan yang lebih laik untuk ditinggali. Terutama untuk bayi seperti Hope.

Singkatnya, hingga kini belum ada bantuan sedikitpun dari UNCHR.

Waqar juga bersemangat bercerita tentang adik bungsunya, Hope.

“Kami memanggilnya Hope, karena berarti ada  harapan. Harapan kami bisa mendapatkan kehidupan lebih baik," kata Waqar yang berperawakan tambapn dan bersih. Ia tegas menjaga ibu dan adiknya itu.

“Hari ini dia satu bulan," ujar Waqar merujuk adiknya Hope.

Keluarga Hope mulai menetap di Jalan Kebon Sirih sekitar sebelas hari lalu. Sebelum itu mereka tinggal di depan Kantor Imigrasi di Kalideres, Jakarta Barat.

"Kondisi kami sekarang ini persis dengan kondisi kami saat masih di Kalideres. Sama-sama di trotoar. Tapi di sini lebih baik," kata Waqar lagi.

"Aku berharap mendapatkan tempat tinggal penampungan, makanan, dan berharap negaraku damai tanpa adanya kembali perang senjata," tandasnya.

Selain Hope yang baru lahir, Direktur Hak Asasi Manusia (HAM) dan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Achsanul Habib mengatakan, pihaknya mencatat setidaknya ada empat wanita  pengungsi yang tengah hamil tua.

"Kalau sekarang ini saya denger dari Pemprov maupun dari UNCHR kebetulan sehat semua pengungsi yang di Kebon Sirih itu,” ujar Achsanul di Kementerian Luar Negeri, Selasa (9/7) .

“Memang ada empat wanita yang sedang hamil tua. Mereka sudah ditangani secara khusus. Sudah dilakukan pemeriksaan kesehatan, penanganan, dan kesimpulan terakhir keadaan mereka sehat semua," demikian Achsanul.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News