PUISI Arab bukanlah sembarang puisi. Tentu juga berbeda dengan pusi-puisi Indonesia. Di tahun 1051 M sangat sedikit perempuan yang pandai menggubah puisi Arab. Seseorang yang mampu membuat puisi Arab, bisa disebut memiliki keilmuan yang level tinggi.
Isyraq adalah pelayan sekaligus murid dari Abu al-Mutharrif’ Abdurrahman bin Ghalbun al-Qurtubi al-Katib. Sejak kecil ia terbiasa membaca Alquran.
Dia besar di Valencia dan belajar bahasa Arab, nahwu dan sastra dari Abu al-Muṭarrif selama saat tinggal di Cordoba. Banyak cabang keilmuan yang ia pelajari dari al-Mutharrif, namun ternyata ia mampu mengungguli gurunya dalam keilmuan.
Isyraq memiliki wawasan luas dan pandai menggubah puisi. Abu Dawud Sulaiman bin Najah, seorang qari Alquran, mengatakan, “Aku belajar puisi di bawah bimbingannya. Di hadapannya, kubacakan karya Abu Ali Nawadir dan Abu al-Abbas al-Mubarrad al-Kamil. Ia sepenuhnya hafal kedua karya itu. Dan sering memberikan komentar yang rumit pada keduanya.”
Tak banyak catatan mengenai Isyraq. Ia meninggal di Valencia pada 443 H/1051 M sebagaimana tertulis dalam buku Ibnu Ayyad yang mengupas tentang wanita-wanita yang ahli dalam membaca Alquran.
KOMENTAR ANDA