KOMENTAR

BERDASAR pengalaman mengajar generasi muda di Jerman dan Indonesia, adalah terkebur apabila saya menyatakan generasi muda Indonesia lebih unggul ketimbang generasi muda Jerman.

Namun keliru apabila saya menyatakan bahwa generasi muda Jerman lebih unggul ketimbang generasi muda Indonesia. Maka saya berani menyatakan bahwa generasi muda Indonesia tidak kalah digdaya ketimbang generasi muda Jerman.

Kurang Kondusif

Sayang, memang harus diakui bahwa lingkungan sosial dan pendidikan di Indonesia kurang kondusif bagi pengembangan bakat-bakat gemerlap generasi muda Indonesia yang memiliki keunggulan di dalam bidang masing-masing.

Terlalu banyak unsur periferal menghambat seperti mahalnya harga pendidikan terutama di jenjang pendidikan tinggi, penyeragaman kurikulum tanp peduli kepribadian bakat setiap anak, pendidikan indoktrinatif lebih diberhalakan ketimbang pendidikan partisipatif, metode didaktik yang malah mematikan kreatifitas dll penyebab pendidikan menjadi jauh panggang dari api.

Perbendaharaan Nusantara

Fakta bahwa begitu banyak anak Indonesia sukses berlaga bakat di gelanggang olimpiade matematika, fisika, biologi dll jelas membuktikan bahwa generasi muda Indonesia mampu bersaing dengan bangsa mana pun di planet bumi ini. Di bidang olahraga bulutangkis, Indonesia memegang supremasi dunia.

Programer-programer muda Indonesia merajalela di blantika teknologi ruang siber dunia. Angklung, Kolintang , Wayang Orang, Kroncong, Legong, Bedayan, Maumere tidak pernah gagal mempesona masyarakat internasional.

Karya-karya adibusana generasi milenal Indonesia, Imaji tampil prima di cat-walk mancanegara. Anak-anak berbakat hebat tergabung di Rezonans Children’s Choir senantiasa merajai sayembara paduan suara internasional.

Jesslyn Julia Gunawan pemegang rekor-dunia pianis termuda yang merekam dan resital tunggal mempergelar mahakarya JS Bach: Goldberg Variations dan Beethoven: Diabelli Variations di panggung Sydney Opera House.

Sama halnya Gillian Geraldine Gani dengan empat Scherzi Chopin, Janice Carissa & Ryan Ferguson dengan dansa Hungaria Brahms, violoncellist Lita Liviani Tandiono dengan Bach Partita sampai Pazziola Tango, Gabriella Prisca Handoko dengan all-Gershwin recital, Evelyn Zainal Abidin dengan all-Albeniz recital, Michelle Wijaya dengan delapan Impromptu Schubert, Hendrata Prasetya dengan all-Suprana recital, Muhammad Iqbal Siddiq dengan duapuluhempat Etude MacDowell dan Sonata Liszt menggebrak panggung Havana, Warsawa, Vilnius, Dortmund, Singapura, Kuala Lumpur, Sydney, Melbourne, New York, Los Angeles et cetera.

Ade dan Michael

Dalam hal kesaktian improvisasi jazz, pianis muda tunanetra Ade “Wonder” Wirawan tak gentar secara tehnik pianistik mau pun estetika musikalis ditandingkan dengan Keith Jarret, Chick Korea, Errol Garner, Art Tatum mau pun Friederich Gulda.

Hanya mereka yang sudah tidak punya hati yang tidak terharu  menyaksikan kedigdayaan pianis tunanetra dan autis, Michael Anthony pada usia 8 tahun mempergelar Appasionata mahakarya Beethoven secara otodidak hanya dengan mendengar rekaman tanpa bisa membaca sebab tidak bisa melihat notasi mahakarya dahsyat mahasulit itu.

Ruang pada naskah sederhana yang saya tulis ini sama sekali tidak cukup untuk memuat segenap data bakat-bakat luar biasa generasi muda Indonesia yang berlimpah-ruah seperti kemahakaryaan perbendaharaan alam dan kebudayaan Nusantara nan tiada dua di marcapada ini. MERDEKA!

Penulis adalah pendiri MURI sebagai lembaga Gerakan Kebanggaan Nasional.




Viral, Seorang Terapis Diduga Lakukan Kekerasan kepada Anak Penyandang Autisme

Sebelumnya

Menggratiskan Tes PCR Pasti Mampu Jika Mau

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Jaya Suprana