SEMULA, hubungan China dengan Uni Soviet mesra karena sama-sama menjunjung-tinggi ideologi komunisme sebagai landasan negara.
Namun, dalam perjalanan waktu, setelah wafatnya Stalin kemesraan kedua negara adikuasa sempat memburuk akibat Krhuschev mengeksalasi politik luar negeri agresif dan ekspansif. Sampai sempat menjadi bentrok kekerasan senjata di pulau Zhenbao pada 1969.
Hubungan buruk China-Uni Soviet makin diperparah oleh kunjungan resmi presiden AS, Richard Nixon ke RRChina pada 1972. Dan memuncak pada “penghianatan Glasnost” Michael Gorbachev yang lebih berpihak ke Amerika Serikat ketimbang China, yang bahkan berujung dengan keruntuhan Uni Soviet.
Membaik
Hubungan China-Rusia mulai membaik kembali berkat dukungan Xi Yinping kepada Vladimir Putin dalam kemelut Krimea. Xi terang-terangan berpihak ke Putin yang menjadi pendukung Assad di Suriah.
Namun Donald Trump juga berjasa mendekatkan Rusia dengan China akibat Trump menyurigai Putin, lewat teknologi internet, telah mempengaruhi pemilihan presiden AS agar yang menang Hillary Clinton. Perang dagang Trump melawan Xi, akhirnya menyebabkan Xi merasa lebih nyaman berkoncoan dengan Putin.
Putin makin merebut simpati Xi dengan menjalin kontrak dagang dengan Hua Wei yang dimusuhi Trump. Putin sengaja membeli produk teknologi 5G Huawei demi menjengkelkan Trump sambil menyenangkan Xi.
Dengan mata kepala sendiri, saya melihat wisatawan China merajalela di Moskow. Termasuk di mal-mal sampai jalan raya Moskow didominasi billboard promosi produk- produk China. Putin pun memimpin gerakan membela China di sidang HAM PBB dalam urusan Uighur.
BUMN minyak bumi Rusia, Rosneft, berutang banyak kepada China sehingga dapat dikatakan minyak bumi Rusia sudah dimonopoli China. Mirip dahulu rempah-rempah Nusantara dimonopoli VOC.
Angkatan Udara Rusia juga bekerja sama dengan AU China. Sehingga Korea Selatan gembar-gembor ke Trump bahwa pesawat tempur Rusia berpatroli melayang masuk di wilayah udara Korsel.
Kanak-Kanak
Hubungan segitiga negara adikuasa planet bumi masa kini memang seru akibat beraroma kanak-kanak. Gemar bolo-boloan dan jotak-jotakan.
Elang tidak suka melihat kemesraan panda dengan beruang. Xi dan Putin saling berpelukan akibat sama-sama merasa dimusuhi Trump. Trump tidak suka melihat kemesraan Xi dan Putin yang tampaknya memang sengaja dibuat-buat demi menjengkelkan dirinya.
Maka, dengan segala daya yang dimiliki mau pun tidak dimiliki, Trump dengan gaya koboynya berupaya memecah-belah jalinan hubungan mesra Xi dengan Putin. Misalnya melakukan bermesra-mesraan dengan Kim di Panmunjom setelah gagal di Singapura dan Hanoi. Sebagai jagoan public relations, Trump mengerahkan segenap 'kesaktiannya' untuk mempengaruhi opini publik demi mengadudomba Xi versus Putin.
The Economist edisi akhir Juli 2019 memajang sampul depan dengan ilustrasi kartun panda raksasa memangku beruang kecil-mungil mengibarkan bendera Rusia yang juga kecil-mungil. Dilengkapi tajuk rencana menakut-nakuti Putin bahwa Rusia dimanfaatkan habis- habisan oleh China demi memperkokoh kejayaan ekonomi dan politik China di planet bumi abad milineal.
Memang niat Trump adalah “divide”, meski sayang belum tentu “empera”. Namun yang paling harus dicegah adalah Indonesia jangan sampai konyol berperan sebagai 'pelanduk' yang mati di tengah-tengah pertarungan elang melawan panda dan beruang.
Penulis adalah pembelajar geopolitik planet bumi.
KOMENTAR ANDA