APAKAH anda melihat anak Anda seperti ini, Mom?
- Sulit mengendalikan perasaan sedih, mudah marah dan mudah putus asa yang berlebihan di situasi apa pun.
- Tidak ada semangat belajar bahkan nilai-nilainya menurun, juga tidak tertarik lagi melakukan aktivitas yang biasa disukainya
- Lebih suka menyendiri
- Tidak fokus dan terlihat tidak tenang
- Melakukan tindakan yang membahayakan dirinya dan orang lain. Seperti melempar mainan atau barang di dekatnya, memukul, menarik baju kawannya dengan kasar
- Sulit mengekspresikan perasaan, tidurnya tidak tenang, cenderung melakukan kegiatan secara berulang, seperti mencuci tangan berkali-kali.
Jika Anda menemukan hal itu terjadi pada anak Anda, maka sudah saatnya Anda mengajak anak untuk melakukan terapi.
Mengapa?
Selama ini kita terlalu cemas dengan kondisi kesehatan anak. Kita berusaha memenuhi gizinya, kecukupan nutrisinya, serta kondisi fisiknya.
Padahal, kesehatan anak bukan sekadar tubuhnya saja, Mom. Orangtua perlu mengawasi perkembangan mental anak. Perasaannya, pemikirannya, tingkah lakunya, serta sifat dan sikapnya. Kesehatan mental dan perilaku sangat menentukan masa depan anak.
Anak-anak mengalami perubahan emosial. Dia juga belum paham bagaimana cara mengontrol emosinya. . Jika kita orangtua butuh untuk konseling, anak juga membutuhkan itu.
Kristen Eastman, PsyD, psikolog anak dari cleveland clinic, menyebutkan bahwa kegelisahan, kesedihan, dan kesulitan sosial akan semakin membesar seiring dengan pertumbuhan anak. Anak di usia balitanya juga harus belajar mengubah pandangan, mempelajari keterampilan baru, dan memikirkan bagaimana cara menghadapi masalah.
Anak membutuhkan bantuan dan dukungan orangtua untuk bisa menghadapi apa yang mengganggu perasaannya.
Lalu mengapa harus mengajak anak untuk terapi?
Dokter, psikolog, atau terapis akan mencari tahu penyebabnya terlebih dahulu. Para ajli itu akan mengadakan sesi tanya jawab seputar perubahan emosi dan perilaku anak yang mengkhawatirkan itu.
Jika penyebabnya sudah diketahui, dokter akan merekomendasikan terapi kejiwaan serta perilaku yang cocok untuk anak. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan anak dalam terapi tersebut.
Yang pertama terapis tentu akan mengajak anak untuk bicara. Kegiatan ini dilakukan untuk membantu anak mengekspresikan perasaannya. Pembicaraan dilakukan layaknya mengobrol santai. Pada sesi ini terapis akan mendengarkan berbagai keluhan, curahan perasaan, atau pikiran yang mengganggu anak.
Yang kedua adalah bermain atau play therapy. Anak-anak sangat menyukai permainan sehingga sangat cocok untuk memperbaiki suasana hati anak. Kegiatan seperti menyusun balok, menggambar, mewarnai, story telling, atau memainkan alat musik. Hal ini melatih anak mengalihkan pikiran diri dari rasa cemas, meningkatkan kepercayaan diri, mengasah rasa empati, dan mengekspresikan diri. Anak mungkin akan menjalani sesi permainan khusus yang dirancang oleh terapis untuk menghadapi ketakutan anak pada sesuatu.
Yang ketiga berlatih mengendalikan emosi. Anak-anak dengan masalah kejiwaan, biasanya sangat mudah panik, cemas, dan stres. Untuk mengatasi hal tersebut, terapis akan mengajari anak keterampilan baru, yaitu terapi inhalasi dan visualisasi.
Terapi ini dilakukan dengan mengatur napas lebih teratur sambil membayangkan sesuatu yang hal yang indah atau disukai anak, sehingga perasaan tenang akan didapatkan anak.
KOMENTAR ANDA