SETIAP kita pasti ingin hidup bebas, bebas dari belenggu penjajahan baik penjajahan dalam bentuk fisik maupun penjajahan dalam bentuk non fisik.
Penjajahan dalam bentuk fisik sudah ditunjukkan kebiadabannya oleh para penjajah Belanda dan Jepang. Bayangkan kita dijajah tiga abad lebih lamanya, sungguh ini waktu yang sangat lama. Kekayaan alam kita dikuras tiada batas, rakyat kita ditindas tanpa perikemanusiaan. Sungguh betapa sengsara dan menderitanya rakyat Indonesia pada waktu itu.
Dengan kebangkitan para ulama, santri, pemuda dan rakyat secara serentak melakukan perlawanan habis-habisan, tidak peduli mau hidup mau mati tidak masalah karena rakyat sudah bosan dijajah terus menerus. Mereka menggunakan persenjataan seadanya dan manual seperti bambu runcing, ketapel, keris, pedang, tombak dan lain-lain. Dengan gemuruh takbir memenuhi bumi Indonesia maju melawan para penjajah hingga akhirnya kita menang. Tidak terhitung berapa nyawa berguguran menjadi syuhada. Semua itu mereka lakukan karena didorong rasa cinta kepada tanah air dan rela mengorbankan nyawa demi terbebas dari belenggu penjajah.
Alhamdulillah sekarang kita menikmati udara kemerdekaan sudah 74 tahun yang lalu. Kita doakan semoga arwah para syuhada yang telah gugur ditempatkan pada tempat yang terbaik disisi Allah yaitu surga yang indah dan abadi.
Lalu apakah dengan terbebasnya kita dari penjajah Belanda dan Jepang hidup kita akan terus merdeka? Tidak, karena ada satu jenis penjajahan yang akan selalu
ada menghantui diri kita dimanapun baik siang maupun malam yaitu penjajahan yang bersifat non fisik.
Penjajahan yang bersifat non fisik terkait dengan sifat kepribadian kita. Dalam diri manusia ada hawa nafsu yang sangat keras jajahannya tidak kalah bahanya dengan penjajahan yang bersifat fisik.
Saking beratnya penjajahan hawa nafsu ini, sampai Rasulullah SAW menyatakan, "kita baru saja kembali dari perang kecil menuju perang yang lebih besar yaitu berperang melawan hawa nafsu". Ucapan tersebut beliau sampaikan setelah menang melawan kafir Quraisy dalam perang Badar yang sangat dahsyat.
Hawa nafsu itu tidak pernah mau tunduk walaupun itu perintah Allah dan Radu-Nya. Tidak ada cara lain kecuali kita berjuang melawannya. Apapun kemauannya jangan diikuti (Al Kahfi 28). Demikianlah Allah menuntun kita dalam Al Quran. Bahkan saking bahayannya hawa nafsu ini kalau diikuti bisa menghancurkan bumi dan langit beserta isinya (Al Mukminun 71). Lihatlah kerusakan di darat dan di laut karena ulah hawa nafsu manusia yang tidak terkendali (Ar Rum 41).
Perjuangan melawan penjajahan hawa nafsu ini adalah perjuangan yang tidak ada habisnya, karena setiap hari selalu mengajak kita untuk berbuat hal-hal yang menyimpang. Kalau kita selalu menang melawan hawa nafsu maka nafsu itu akan menjadi tunduk dan patuh kepada aturan syariat agama Islam. Ketika hawa nafsu itu tunduk maka berubahlah statusnya dari nafsu ammarah (nafsu jahat yang ditunggangi setan) menjadi nafsu muthmainnah (nafsu yang membuat hati damai dan tenang) karena mendapat bimbingan dari Allah.
Demikian uraian hikmah hari ini, semoga hawa nafsu kita terus dapat dikendalikan untuk taat dan patuh kepada aturan syariat Islam yang diamanahkan kepada kita, sehingga kita benar-benar merdeka melawan kejahatan hawa nafsu. Aamiin.
Di Tulis Oleh : Marolah Abu Akrom
Jakarta, 16 Dzulhijjah 1440 H/17 Agustus 2019 M
KOMENTAR ANDA