BAGAIMANA rasanya menjadi orang yang mencicipi setiap makanan dari seorang pemimpin yang banyak dibenci dan paling mungkin diracun oleh musuh?
Mungkin pertanyaan itu patut dilayangkan pada sekelompok wanita muda di Jerman yang melakukan tugas semacam itu. Mereka harus mencicipi setiap makanan yang dibuat untuk pemimpin Nazi Jerman, Adolf Hitler sebelum dihidangkan kepada sang pemimpin.
Para wanita muda itu dikumpulkan dari berbagai daerah di Jerman dan menjalankan tugas bertaruh nyawa tersebut selama dua tahun terakhir sebelum Perang Dunia Kedua usai. Mereka menjalankan tugas tersebut untuk menghindari musuh yang hendak meracuni Hitler melalui makanan.
Meski bertaruh nyawa, namun pada masa itu, peran wanita-wanita muda tersebut dianggap sebagai suatu kehormatan dan merupakan cara untuk melayani sang pemimpin.
Kisah para wanita muda itu baru terungkap pada 2013, ketika seorang wanita bernama Margot Wolk, yang pada saat itu berusia 95 tahun, mengungkapkan perannya sebagai salah satu orang yang bertugas mencicipi makanan Hitler. Dia mengungkapkan perannya itu ke majalah Jerman Der Spiegel.
Kisah para wanita yang mempertaruhkan nyawanya sebagai pencicip makanan untuk Hitler itu kemudian diangkat dalam sebuah karya berupa pertunjukan yang diberi nama "Hitler's Tasters". Pertunjukan itu merupakan karya penulis naskah kawakan bernama Michelle Kholos Brooks.
Diperankan oleh para pemain wanita, pertunjukan itu berfokus pada empat wanita muda yang tinggal di sekolah di sebelah Wolf's Lair, atau markas besar Front Hitler di Prusia Timur, yang sekarang merupakan Polandia.
Pertunjukan tersebut mengangkat penggalan dari sejarah Perang Dunia Kedua sebagai latar untuk menunjukkan pengalaman menjadi seorang wanita muda yang menghadapi kemungkinan kematian setiap kali mencicipi makanan Hitler.
Wolk mengatakan, makanan yang mereka cicipi untuk Hitler pada saat itu adalah makanan vegetarian. Hitler sendiri memang terkenal menghindari makanan daging. Wolk menggambarkan bahwa Hitler melakukan diet sayuran, nasi, pasta, mie dan buah-buahan. Makanan itu merupakan makanan yang tidak banyak orang dapat menjangkaunya pada saat perang.
Di satu sisi, para wanita itu mendapatkan makanan istimewa yang pada sekitar tahun 1944 adalah makanan yang tidak dapat dijangkau banyak orang karena meningkatnya kasus kelaparan di Jerman. Tapi di sisi lain, ada keresahan tersendiri yang dirasakan oleh para wanita muda tersebut.
Brooks dalam karya pertunjukannya menggambarkan bahwa meski makanan yang disajikan sangat enak, namun mereka tidak dapat menikmatinya. Pasalnya, setiap suapan yang mereka makan akan mungkin menjadi makanan terakhir mereka.
"Beberapa gadis mulai meneteskan air mata ketika mereka mulai makan karena mereka sangat takut,” kata Wolk dalam sebuah wawancara pada tahun 2013.
"Kami harus memakan semuanya. Kemudian kami harus menunggu satu jam. Setiap kali kami takut bahwa kami akan sakit, kami menangis seperti anjing karena kami sangat senang bisa selamat," sambungnya, seperti dimuat BBC pada Selasa (13/8).
Setiap harinya, Schutzstaffel atau SS, yang merupakan organisasi keamanan besar Nazi, menyajikan makanan untuk dicicipi para wanita muda itu. Mereka akan menunggu selama satu jam setelah para wanita muda itu makan. Jika para wanita muda itu tidak sakit, pingsan atau menunjukan gejala aneh, maka makanan itu akan diberikan kepada Hitler.
Tetapi di sela-sela waktu makan, para wanita muda itu tidak banyak memiliki pekerjaan, kecuali duduk dan menunggu untuk melihat apakah mereka akan mati.
Brooks mengangkat kegiatan para wanita muda itu yang mengisi waktu dengan menyisir rambut satu sama lain dan membuat kegilaan tersendiri di tengah situasi yang rumit.
Meski begitu, sejauh yang diketahui, tidak ada wanita muda yang pernah diracuni oleh makanan. Namun kisah mereka nyaris tidak terdokumentasikan jika bukan karena Wolk angkat bicara.
KOMENTAR ANDA