Alex Housden (kanan) saat melontarkan permintaan maaf secara on-air kepada rekannya, Jason Hackett (kiri)/Net
Alex Housden (kanan) saat melontarkan permintaan maaf secara on-air kepada rekannya, Jason Hackett (kiri)/Net
KOMENTAR

MULUTMU harimaumu. Mungkin pelajaran itu yang bisa diambil dari kesalahan seorang penyiar berita televisi di Oklahoma ini.

Selama program berita pagi stasiun ABC lokal pekan lalu, penyiar berita wanita berkulit putih bernama Alex Housden menutup segmen pembahasan tentang gorila di Kebun Binatang Kota Oklahoma dengan mengatakan kepada rekan sesama penyiar berita yang berkulit hitam, Jason Hackett, bahwa dia mirip dengan primata tersebut.

Komentar tersebut seketika menyedot perhatian publik karena dinilai rasis. Dia pun kebanjiran kritik.

Menyadari kesalahannya itu, Housden segera membuat pernyataan publik secara langsung melalui televisi keesokan harinya bahwa dia meminta maaf atas pernyataannya itu.

"Saya mengatakan sesuatu kemarin yang tidak pengertian, itu tidak pantas dan saya menyakiti orang. Dan saya ingin Anda tahu saya mengerti betapa saya telah melukai Anda di luar sana dan betapa saya telah melukai Anda," ujarnya sambil menoleh ke Hackett yang berada di sebelahnya. Dia tidak dapat menutupi air matanya yang berlinang.

Dia pun mengatakan kepada rekannya bahwa dia mencintainnya dan menganggapnya sebagai sahabat. Dia pun mengakui bahwa apa yang dikatakannya salah.

"Saya menerima permintaan maaf Anda dan saya sangat menghargai permintaan maaf Anda," jawab Hackett.

Dia menambahkan bahwa dia menganggap Housden sebagai teman baik juga. Lebih lanjut Hackett mengatakan bahwa dia ingin hal itu menjadi momen yang bisa diajar untuk semua orang.

"Pelajaran di sini adalah bahwa kata-kata itu penting," katanya.

"Kita menjadi negara yang lebih beragam. Kita harus memahami stereotip dan latar belakang satu sama lain dan kata-kata yang menyakitkan, kata-kata yang sangat mendalam. Dan kita harus menemukan cara untuk mengganti kata-kata itu dengan cinta dan kata-kata peneguhan juga," tutupnya, seperti dimuat Huffington Post (Selasa, 27/8).




Perkuat Komitmen Perlindungan Anak Demi Generasi Cerdas Indonesia 2045, Ini Tantangan Terbesarnya

Sebelumnya

Pendidikan Antikorupsi ala Kementerian Agama: Sentuh Nurani Lewat Nilai Sufistik dan Kearifan Lokal

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News