Source Foto : kompas.com
Source Foto : kompas.com
KOMENTAR

ARTIS cantik Dian Sastro sempat merasa sedih saat putra sulungnya didiagnosis spektrum autisme sejak usia 6 bulan. Namun, berkat kegigihan dan kasih sayang yang luar biasa, kini anaknya dapat bersekolah seperti anak normal lainnya.

"Waktu itu saya bisa menilai anak saya spesial sejak dia berumur 8 bulan, dan saya melihat ada 7 dari ciri anak berkebutuhan khusus," ujar Dian Sastro, baru-baru ini di acara JCC Jakarta.  "Dia pengen sesuatu tapi dia gagal mengomunikasikan hal itu. Akhirnya jadi tantrum karena dia frustasi juga, enggak bisa bilang sebenarnya dia perlu apa," katanya.

Anak dengan autisme mengalami kesulitan bicara. Biasanya dia akan terjadi tantrum atau ledakan emosi seperti menangis, menjerit, berteriak, sikap keras kepala dan membangkang.

Dian mengaku perkembangan anak pertamanya saat itu tidak seperti anak kecil semestinya. Melihat hal ini, Dian tak tinggal diam dan berusaha untuk mencari tahu dan berkonsultasi dengan dokter.  Beberapa terapi juga telah dijalankan anaknya. Setelah menjalankan proses tersebut, kini anaknya telah normal layaknya anak kecil lainnya.

Terapi yang dijalankan Dian untuk anaknya adalah terapi okupasi, terapi berbicara, dan terapi perilaku. Terapi okupasi adalah olahraga seperti koordinasi kaki dengan lari atau jalan. Dian menambahkan, terapi berbicara dan perilaku ini sangat penting. Kita melatih anak untuk berkomunikasi dan punya eye contact.

"Akhirnya kita punya kesepakatan, satu keluarga sampai eyang-eyang nya juga saya kompakin. Bagaimana kalau kita nggak memberikan apapun ke anak ini mau gak mau sampai dia minta dengan berbicara. Karena kita cuma mau mendengarkan dia ngomong dan pakai eye contact," katanya.

Beruntung Dian dikelilingi oleh orang-orang yang mendukung perjuangannya untuk anaknya itu. Mengetahui sejak dini akan memudahkan pengobatannya. “Anak autis secara akademis, secara sosial bisa mandiri, kok,” tutur Dian lagi.

Sebenarnya bagaimana mengetahui anak menyandang autis?

Pada awalnya gangguan autisme memang tidak kentara pada bayi. Hingga akhirnya ditemukan ada kejanggalan pada perilaku anak yang berbeda dari teman-temannya, barulah orangtua menangkap ada sesuatu yang salah. Setelah diperiksa ke dokter atau psikolog, barulah ketahuan ternyata si buah hati memiliki autisme.

Apabila didiagnosis sejak dini, maka anak autis bisa mendapat penanganan yang tepat dan memadai untuk membantunya tumbuh seperti anak normal pada umumnya.

Lalu kapan orangtua harus segera memeriksakan anaknya?

Melansir detikHealth, dr Kresno Mulyadi, Sp.KJ, psikiater dari RS Omni Hospital Alam Sutera, mengatakan, Anda perlu menghubungi dokter bila Anda merasa anak lambat berkembang. Beberapa gejala dapat dilihat dalam 2 tahun pertama. Seperti:

- Usia 2 sampai 3 bulan, bayi tidak sering melakukan kontak mata
- Usia 3 bulan, bayi tidak tersenyum ketika diajak bercanda atau
mendengar suara pengasuhnya
- Usia 6 bulan, bayi tidak tertawa atau membuat ekspresi gembira lainnya
- Usia sekitar 8 bulan, bayi tidak mengikuti pandangan mata ketika orang yang menatapnya memalingkan muka ke benda lain
- Usia 9 bulan, bayi belum mulai mengoceh
- Usia 1 tahun, bayi tidak merespons atau menoleh ketika namanya dipanggil namun memiliki kepekaan yang tajam terhadap suara di sekitarnya, belum dapat melambaikan tangan seolah-olah mengucapkan selamat tinggal atau tidak dapat mengikuti atau melihat ke arah yang ditunjuk
- Usia 16 bulan, bayi tidak berkata-kata
- Usia 18 bulan, bayi tidak tampak memiliki hal-hal yang menarik minatnya
- Usia 24 bulan, bayi tidak bisa mengucapkan dua kata yang memiliki arti.




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting