Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

SIAPAPUN pun sangat mendambakan anak tumbuh layaknya anak sebayanya. Sehat dan ceria. Namun, beberapa orangtua mengeluh anaknya yang nampak sehat ternyata sangat mudah marah saat suasana hatinya berubah.

Amarahnya ini muncul ketika ia tidak bisa mengungkapkan apa ia inginkan kerena keterlambatan bicara. Amarahnya  juga tidak bisa dikendalikan saat apa yang diinginkannya tidak terpenuhi. Ditambah lagi ia sangat kesulitan berinteraksi dengan teman-temannya bahkan dengan mainan yang bagi anak lain sangat menarik.

Ada lagi orangtua yang mengeluh anaknya terlalu terobsesi dengan sesuatu sehingga mengabaikan yang lainnya. Anaknya juga kerap melakukan gerakan dan kata-kata yang berulang-ulang. Anaknya juga sensitif pada suara, bau, sentuhan, atau rasa, dan itu akan membuatnya marah-marah.

Bila Anda mendapati hal-hal tersebut terjadi pada buah hati Anda, segeralah waspada. Ajak anak bicara. Perhatikan sorot matanya. Jika dia tidak fokus dan tidak dapat menatap mata Anda secara langsung, Anda harus segera membawanya ke dokter anak. Konsultasikan hal tersebut kepada dokter.

Bisa jadi buah hati anda mengidap autisme. Apa itu autisme?

Autism Spectrum Disorder atau autisme adalah kelainan neurologis dan perkembangan yang dimulai pada masa kanak-kanak dan bertahan seumur hidup. Autisme dapat mempengaruhi anak dalam interaksi sosial, berkomunikasi secara verbal dan non verbal, serta perilaku.

Tanda-tanda dan gejala-gejala autisme dapat berbeda-beda antara satu orang dengan yang lain. Biasanya, tanda dan gejala tersebut mulai muncul pada usia sekitar sembilan hingga 12 bulan. Namun, banyak orangtua yang baru menyadari anaknya mengalami autisme pada saat usia masuk sekolah.

Anak dengan autisme mengalami kesulitan untuk memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Hal ini membuat mereka sangat sulit untuk mengekspresikan diri baik dengan kata-kata, gerak tubuh, ekspresi wajah, dan sentuhan. Selain itu, anak dengan autisme juga  cenderung melakukan hal yang diulang-ulang dan memiliki  ketertarikan yang sempit dan obsesif.

Seseorang dengan sindrom autisme sangat sensitif sehingga ia mungkin akan sangat terganggu, bahkan tersakiti oleh suara, sentuhan, bau, atau pemandangan yang tampak normal bagi orang lain.

Dokter akan melakukan diagnosis melalui 2 langkah proses, yaitu:

Skrining perkembangan umum selama anak periksa dengan dokter anak saat masa kanak-kanak. Anak yang menunjukan beberapa masalah perkembangan dirujuk untuk evaluasi tambahan.

Langkah kedua melibatkan evaluasi dari tim dokter dan dokter spesialis lain. Pada tahap ini, anak dapat didiagnosis autisme atau gangguan perkembangan lain.

Apakah ada obat untuk autisme?

Meskipun beberapa orangtua telah menyatakan berhasil mengatasi autisme pada anak-anaknya, sesungguhnya belum ada obat untuk autisme. Berbagai macam perawatan dapat membantu para orangtua dan anak-anak untuk mengatasi gangguan ini secara lebih efektif.

Orangtua disarankan untuk membawa anaknya terapi. Perawatan-perawatan tersebut biasanya dilakukan oleh tim kesehatan profesional termasuk ahli saraf, ahli kesehatan jiwa, , ahli gangguan wicara dan bahasa, serta terapis okupasional.

Sebenarnya apa penyebab autisme?

Keberadaan gangguan autisme pada anak tidak dipengaruhi oleh status ekonomi, ras, dan jenis kelamin. Gangguan tersebut sudah ada pada anak semenjak anak dilahirkan, bukan baru muncul setelah lahir. Tetapi biasanya kebanyakan orang tua baru mulai menyadari adanya gangguan autisme pada anak ketika mereka berumur 3 tahun bahkan saat usia masuk sekolah.

Faktor keturunan bisa menjadi penyebab. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap keluarga dengan kasus autisme, jika salah satu dari kembar identik terserang gangguan ini, kemungkinan saudara kembarnya akan terkena juga, adalah sampai dengan 90%. Sementara itu, jika salah satu anak terdiagnosis menyandang autisme, anak yang kedua akan berpeluang 5% untuk terkena gangguan ini juga.

Faktor keturunan merupakan hal yang rumit, seperti halnya penyakit itu sendiri. Dalam salah satu penelitian terbaru, ditemukan lebih dari 95 gen yang menjadi penyebab autisme. Namun, gen juga bersifat sangat dinamis. Seperti halnya DNA dan gen yang diturunkan dari generasi ke generasi, keduanya cenderung membawa ciri baru atau gabungan, sehingga bermutasi.

Sementara itu, beberapa penasehat dan pakar kesehatan menyebutkan bahwa faktor lingkungan seperti paparan polusi dan pestisida pada para calon ibu atau beberapa jenis obat memiliki kemungkinan besar untuk menyebabkan pada autisme.




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting